🌸 Fabian Cemburu 🌸

395 34 2
                                    



"Aku tidak butuh kata orang lain, yang aku butuhkan adalah keyakinanmu untuk bisa selalu bersama."

°Fabian Aldrich Efrain°






*Happy Reading*

***

"Apa kamu setiap hari jualan kue ini?" Nara mengangguk menatap Fabian yang tengah mengambil kue dagangannya.

Bian mengangguk-angguk menikmati kue tersebut. "Enak, nggak pernah berubah." kata Bian pelan sambil memandang Nara.

"Sama kayak kamu yang nggak berubah, aku bersyukur. Kamu baik-baik aja. Itu tandanya trauma kamu nggak kambuh kan?"

Nara menarik napas, merubah posisi duduknya. "Sudah nggak, tapi aku kadang masih sedikit takut." aku Nara.

"Apa yang kamu lakukan, kalau sedang hujan. Terus merasa takut?" tanya Bian penasaran.

Nara tidak langsung menjawab, gadis itu justru memandangi Fabian. Membuat cowok itu menaikkan satu alisnya. "Apa?" tanyanya lagi.

"Mengingat kita bersama di bawah hujan," jawab Nara pelan dengan nada malu.

Bian tertawa kecil. Mendengar dan melihat Nara yang sedang malu tersebut. "Ternyata moment itu, wah.. Ternyata nggak sia-sia. Dulu aku lakuin itu di bawah derasnya hujan." kekehnya membuat pipi Nara kian memerah.

"Besok kita jalan-jalan yuk, sebelum besok lusa kita ke Jakarta." mendengar itu wajah Nara menatap Bian serius.

"Bian," panggil Nara, ada rasa berbunga di hati Bian saat mendengar namanya di sebut oleh Nara lagi. Sudah lama dirinya tidak mendengar suara lembut itu.

"Iya?"

"Kamu yakin, mau bawa aku ke Jakarta? Kamu nggak mikirkan ini baik-baik, kamu nggak mikir pendapat orang ketika bawa aku pulang ke rumahmu nanti." Bian menghela napas panjang. Meraih tangan Nara dan di genggamnya.

"Nara dengarkan aku, aku sangat yakin untuk bawa kamu kembali ke Jakarta, aku tidak butuh kata orang lain, yang aku butuhkan adalah keyakinanmu, untuk bisa selalu bersama. Aku sudah meyakinkan orang tuaku jika kamu adalah jodoh aku. Jadi aku mohon jangan berpikir yang tidak-tidak. Cukup percaya padaku. Maka semua akan baik-baik saja." ada kelegaan di hati Nara ketika mendengar jawaban Fabian. Setidaknya dirinya harus yakin jika semua akan baik-baik saja.

"Aku lelah," ujar Bian lalu merebahkan tubuhnya di kasur kecil.

"Tapi kamu nggak bisa nginap di sini Bian, nanti Ibu pemilik rumah ini marah," Bian tidak peduli ia justru memejamkan matanya.

Nara melirik jam sudah menunjukkan pukul 21:35 malam, ada batasnya jika rumah kost itu menerima tamu.

"Bian.." rengek Nara menggoyangkan tangan Fabian.

"Jangan tidur, kamu nggak bisa nginap di sini.." greget Nara pada Bian yang seakan tidak peduli.

"Bian kam.." belum selesai bicara Nara terkejut saat Fabian menarik tangannya hingga ia menubruk dada bidang cowok itu.

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now