☘ Kepanikan di rumah Om Harris ☘

341 34 1
                                    













Happy Reading












***


Fabian dan Nara sudah berada di rumah Om Harris, Bian sudah menceritakan semua yang terjadi kepadanya. Terlihat Om Harris begitu terkejut, tidak menyangka jika Kakaknya tega kepada putranya sendiri.

"Om nggak habis pikir sama Papa kamu. Kenapa punya hati sekeras batu seperti itu." Om Harris menarik napas.

"Kamu tunggu sini," Om Harris mulai berdiri dan meninggalkan Fabian dan Nara di ruang tamu.

"Bian Nara, silahkan di minum." kata Tante Irma istri Om Harris.

"Terima kasih Tante," ucap sopan Bian dan mulai meminum teh yang sudah Tantenya buat.

"Nara, di minum nak." suruh Tante Irma lagi ketika melihat Nara hanya diam.

Kebiasaan lama Nara. Yaitu menatap datar dan tidak suka berbicara kepada orang baru yang ia kenal. Bian menoleh dan menggenggam tangan yang terasa dingin itu.

"Di minum, pasti haus kan?" ia baru mengangguk dan menurut ketika Fabian yang meyuruh.

Tante Irma tersenyum tipis, mengerti dengan keadaan Nara. Tidak lama terdengar suara langkah kaki turun dari lantai dua, dua pria tampan beda generasi ini ikut bergabung dan duduk di depan Fabian dan Nara.

"Ini Yan, ada kunci apartemen Om yang sudah jarang di kunjungi apa lagi setelah Fadil bekerja nggak ada yang kesana, kamu tempatin aja." Om Harris menyodorkan sebuah kunci pada Bian.

"Aku minta tolong cuma malam ini kok Om, aku nggak mau ngerepotin Om dan Tante." ujar Bian merasa tidak enak.

"Kamu sama sekali tidak merepotkan kami Yan, kamu itu sudah Om anggap seperti anak sendiri, bukan lagi keponakan. Jadi jangan menganggap kamu ngerepotin kami, iya kan Ma." Om Harris menoleh meminta dukungan dari istrinya.

"Iya benar itu, justru kita senang kalau kamu anggap kita sebagai orang tua kamu." Bian tersenyum pada Tantenya itu.

"Dan ini Yan, ada kunci motor gue, lo pakai aja. Dari pada nganggur motornya." ucap anak Om Harris yang bernama Fadil.

Bian menatap semua barang-barang yang di berikan untuknya. Ia merasa beruntung memiliki keluarga yang mau membantunya seperti ini.

"Terimakasih Om, Tante, Abang. Aku nggak tau lagi harus ngomong apa," Om Harris menepuk pundak keponakan kesayangannya itu.

"Kamu nggak perlu ngomong makasih, kita tulus mau bantuin kamu,"

"Untuk sekolah, Om akan carikan sekolah buat kamu dan Nara,"

"Nggak usah Om, Bian nggak apa-apa. Kalau nggak sekolah, kalau bisa untuk Nara aja. Biar dia yang lanjut sekolah," tolaknya.

"Jangan Yan, masa depan kamu masih panjang. Om tetap menyekolahkan kalian," Fabian tidak bisa menolak keinginan Omnya.

"Untuk malam ini kalian nginap di sini aja, ini sudah malam."

"Nara, kamu setuju nginap di sini?" Nara hanya mengangguk dengan wajah datarnya saat di tanya Om Harris.

Bian tengah menemani Nara di kamar tamu. Cowok itu akan menemani gadisnya hingga terlelap. "Tidur, aku selalu di sini." Nara menurut dan mulai memejamkan matanya.

Fabian terus memandangi wajah cantik Nara yang mulai terlelap, ia mengusap kepala gadis itu lembut dan mencium sebelum keluar dari kamar tamu.

Fabian tidur bersama Fadil anak pertama Om Harris, Om Harris memiliki tiga orang anak, pertama Fadil yang sekarang sudah menjadi dosen di salah satu universitas di Jakarta. Yang kedua bernama Zahra kini masih berusia tiga belas tahun. Dan yang terakhir Kalila berusia dua tahun.

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now