* Sekuel *

692 54 5
                                    

Sammy Simorangkir - Tulang Rusuk ^^

.
.

Balik lagi ke Kisah Fabian dan Nara, ini adalah part yang benar-benar part terakhir. Karena aku sudah tepati janji untuk buatkan sekuelnya BianNa.
Terima kasih yang mau nunggu dan aku minta maaf jika dalam menulis suka salah dan typo di mana-mana.

Jangan lupa tekan bintang sebelum membaca, 😁

~•~





°Happy Reading°

***

"Selamat pagi," sapa suara berat nan lembut terdengar ketika seorang wanita baru saja membuka matanya.

Sang wanita mengerjapkan matanya beberapa kali menyesuaikan sinar yang masuk kematanya. Wanita itu tersenyum malu ketika melihat pria yang tengah tersenyum menatapnya menopang kepalanya dengan tangan kirinya.

Wanita itu menarik selimut untuk menutupi wajahnya. "Kenapa di tutup?" tanyanya lalu menarik selimut yang menutupi wajah cantik wanitanya.

"Malu.. pasti kamu sudah bangun dari tadi kan?" katanya.

Pria tersebut terkekeh pelan lalu mengecup kening sang istri. "Aku sengaja nggak bangunin kamu, karena aku masih mau lihat paras cantik istri aku," godanya sukses membuat pipi wanita itu bersemu merah.

"Nggak ada. lagi tidur cantik Bian.." greget sang wanita.

"Ada. Nih buktinya di depan aku," godanya lagi. Membuat sang istri yang tak lain adalah Nara memukul pelan dada Fabian.

Fabian dan Nara resmi menikah setelah satu minggu pertunangan mereka, Bian tidak ingin menunda terlalu lama. Ia segera ingin hidup bersama Nara dan wanita itu menjadi miliknya seutuhnya.

Nara menoleh menatap jam yang menunjukkan pukul 09:25 siang. "Ya ampun sudah siang, kenapa kamu nggak bangunin aku sih." kesal Nara.

"Memangnya kenapa sih sayang, hem? Kan kita tinggal cuma berdua, bebas dong kita mau bangun jam berapa," jika sudah begitu Nara tidak bisa membantah ucapan suaminya.

Fabian telah membeli rumah untuk mereka tempati berdua, rumah yang begitu luas dan mewah. Nara bahkan tidak menyangka jika Fabian telah membeli rumah untuk mereka tinggali ketika mereka sudah menikah.

"Memangnya kamu nggak lapar?" mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat otak Bian bekerja dengan cepat, senyum miring tercetak di bibir manisnya.

"Iya aku, lapar.. Tapi aku lapar mau makan kamu," ucap Bian yang sudah di atas tubuh Nara. Bahkan suara pria itu sudah berubah serak.

Nara pasrah, semenjak mereka menikah Fabian tidak pernah jauh darinya, setiap malam Bian meminta sesuatu yang tidak bisa ia tolak. Kewajibannya sebagai istri harus menerima dan menuruti keinginan sang suami.

"Satu, permainan habis itu kita buat sarapan bareng." bisiknya sebelum ia melakukan kegiatan intimnya.

Nara mengangguk sambil tersenyum tipis.

Kegiatan yang katanya hanya satu permainan, ternyata hanya di bibir seorang Fabian. Pria itu ternyata mengurung Nara dan baru menyelesaikan kegiatan itu pukul 11:15 menit.

Setelah mandi Nara segera turun untuk membuat makanan untuk dirinya dan suami. Karena ini bukan sarapan lagi ia pun memutuskan untuk membuat makanan sedikit berat. Yaitu makanan kesukaan Fabian, semur daging bersama Ayam pedas dan juga perkedel jagung.

Fabian yang baru selesai berganti baju, segera menyusul Nara di dapur. Wanita itu sedikit terkejut ketika Fabian tiba-tiba memeluknya dari belakang. "Perasaan kita mandi bareng, kenapa kamu duluan yang selesai."

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now