🌸 Masakan untuk Bian 🌸

474 36 1
                                    




^^Happy Reading ^^

***

Tanpa Nara tau Fabian menemui seorang dokter untuk kesembuhan gadis itu, ia ingin Nara terbebas dari rasa takut dan traumanya.

"Jadi gimana?" tanya Fabian santai.

Dokter yang terlihat masih muda dan tampan itu menghela napas sejenak sambil membetulkan kacamatanya. "Dia masih ada kesempatan untuk sembuh, asal bantu dia untuk meyakinkan jika kejadian itu hanya masa lalu. Ajak dia bicara pelan-pelan agar dia mau bercerita apa yang sudah terjadi pada dirinya, jika trauma itu hilang kemungkinan besar phobianya pun juga bisa hilang." Fabian terdiam memikirkan bagaimana caranya agar gadis itu mau bercerita.

"Kalau boleh Om tau? Kenapa kamu mau menolong gadis itu, kamu suka?" Dokter yang tak lain adalah Omnya sendiri itu tersenyum saat melihat keponakannya terlihat salah tingkah.

"Ah. Ng-nggak Om, aku cuma kasihan aja," jawabnya yang mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

Omnya yang bernama Harris adik dari Papanya ini tertawa. "Kalau pun kamu suka, Om setuju. Kamu butuh seseorang yang bisa buat kamu bahagia Yan. Mengharapkan dari orang tuamu itu mustahil," Bian tersenyum miring melipat tangannya.

"Aku juga nggak mengharapkan apapun dari mereka, toh aku juga nggak pernah di anggap. Yang mereka ingat cuma uang dan uang," Om Harris tersenyum miris merasa kasihan dengan keponakannya ini. Orang tua Fabian terlalu sibuk dengan pekerjaan, seolah pekerjaan adalah nomer satu. Sedangkan anaknya entah di nomer berapa.

"Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan, asal kamu bisa menemukan kebahagiaanmu, Om tau kamu sudah dewasa Yan," Fabian tersenyum menatap Omnya. Ia lebih suka dengan Om Harris yang bisa mengerti dan selalu ada jika dia butuh.

Tidak seperti Papanya yang jika di mintai pendapat ataupun sekedar mengobrol pasti ujung-ujungnya dirinya yang salah.

Selesai bertemu dengan Omnya untuk berkonsultasi, ia segera pamit. Beruntung Omnya adalah dokter ahli kejiwaan atau psikiater. Makanya Bian bisa tau Nara memiliki kebiasaan aneh itu dari Omnya.

Fabian menelusuri koridor rumah sakit berjalan dengan santai, tangannya ia masukkan kedalam saku. Banyak suster dan dokter yang kenal dengannya, ia sering datang kesini hanya sekedar bertemu dengan Omnya.

<𝕭𝖎𝖆𝕹𝖆>

Fabian kembali ke apartemennya setelah urusannya selesai, ia mengerutkan kening saat masuk ke apartemennya yang sepi. Segera ia berlari menuju kamarnya. Matanya membulat saat tidak menemukan Nara di kamarnya.

Bian berlari lagi menuju kamar tamu yang sekarang justru menjadi kamarnya, ternyata juga tidak ada.

Bian mulai emosi apakah gadis itu kabur. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara dari arah dapur. Segera ia berlari. Bian diam di depan pintu dapur saat melihat gadis yang dia cari ternyata sedang berada di dapur. Tanpa sadar Bian menghela napas lega, bibirnya tersenyum tipis dan melangkah untuk duduk di meja makan yang ada di dapurnya.

Nara belum menyadari jika ada Bian di belakangnya, Cowok itu bersandar di kursi melipat tangannya di dada memperhatikan gadis itu memasak.

"Ya Ampun Bian!" bentak Nara saat berbalik dan terkejut saat melihat cowok itu sudah berada di belakangnya.

"Sejak kapan lo ada di situ?"

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now