☘ Bahagia itu sederhana ☘

366 32 0
                                    







"Bahagia itu sederhana, sesederhana saat aku melihatmu tersenyum. Dan melihatmu baik-baik saja,"

^Fabian Aldrich Efrain^









°Happy Reading°

***

"Fabian," gumam Nara, sekian detik ia diam memperhatikan wajah cowok itu. Hingga ia berbalik dan berniat untuk berlari.

Fabian segera mencekal tangan gadis itu, membuat Nara diam terpaku. "Aku nggak akan biarin kamu pergi lagi Nara, kamu sendiri kan yang bilang. Kalau kita berjodoh sejauh apapun kamu pergi, kita pasti bertemu kembali."

"Dan terbukti, tuhan memang mentakdirkan kita untuk bersama," Nara masih diam, air matanya sudah turun membasahi pipinya.

Perlahan Bian maju, berdiri di hadapan gadis itu, menangkup wajah yang sangat ia rindukan. Ada perasaan membuncah di hatinya kala masih bisa menyentuh dan memandang wajah cantik gadis itu kembali.

"Aku rindu denganmu Nara, sangat-sangat merindukanmu," ujar Bian lirih bahkan air matanya sudah ikut menetes.

Fabian menarik tubuh Nara dan memeluknya erat, menghirup aroma tubuh gadis itu begitu dalam memberitahu bahwa dirinya begitu rindu dan membutuhkannya.

Fabian melepas pelukannya tersenyum lembut. "Janji jangan pergi lagi," Nara tidak mengangguk ataupun mengiyakan ucapan Fabian.

Pikirannya masih di penuhi oleh pertanyaan-pertanyaan, kenapa Fabian bisa di sini, bagaimana bisa cowok itu menemukannya, dan bagaimana hubungannya dengan orang tuanya.

Kalau di tanya bahagia, pastilah Nara sangat bahagia, bisa bertemu lagi dengan cowok itu. Rindukah dia pada Fabian. Tentunya, tidak bisa di bohongi jika setiap malam Nara menangisi cowok yang kini ada di hadapannya, ia berharap ini bukan mimpi.

Mimpi yang selalu hadir di setiap malamnya. Apapun yang di lakukanya, tidak pernah luput dari bayangan seorang Fabian.

"Aku berusaha mencarimu untuk membawamu pulang, jangan khawatir, mereka sudah menerima hubungan kita." seolah tau dengan pikiran gadis itu, Bian segera menjelaskannya.

Nara dan Fabian mendongak memperhatikan langit yang berubah gelap, rintik hujan mulai menetes membasahi tubuh mereka. Fabian menatap Nara, menunggu reaksi gadis itu.

Bian tersenyum lega, ketika Nara tampak baik-baik saja, bahkan ketika tetesan yang tadinya kecil-kecil kini menjadi besar-besar dan angin berhembus cukup kencang. "Sudah nggak takut hujan?" tanya Bian menaruh rambut Nara ke belakang telinga saat angin menerpa wajah cantik gadis itu.

Nara memberi senyum tipis lalu menggeleng pelan. "Bagus," Bian tersenyum mengusap kepala Nara.

Nara menarik tangan Bian saat hujan semakin deras, Fabian menurut ia diam saja ketika Nara membawanya ke rumah kecil, sepertinya itu tempat Nara tinggal.

Nara berhenti di teras kecil rumah itu. "Hujannya semakin deras, nanti kamu sakit." ujar Nara sangat lembut. Hati Bian berdebar mendengar suara Nara yang sangat perhatian.

Bian mengangguk mengusap kepala Nara. Membuat Nara terdiam dengan jantung berpacu cukup kuat.

Nara membuka kunci rumah yang di kancing dengan gembok kecil, Nara menyuruh cowok itu untuk masuk.

BianNa (Fabian & Nara) END Where stories live. Discover now