FP ✿✿Diam✿✿

178 27 0
                                    

Delapan bulan lalu...

Ketika Jesika kembali dari luar negeri seusai menjalani transplantasi sumsum tulang belakang. Jesika sangat bersemangat karena ia akan bertemu dengan David. Jesika sudah tidak sabar akan kembali bersama cowok yang selama ini sudah membuatnya optimis menjalani hari-harinya ketika masih dalam masa pengobatan.

Dengan senyum merekah menghiasi wajah cantiknya, Jesika menghampiri rumah David dengan coklat serta sepatu yang ia beli couple dengan dirinya.

Akan tetapi senyuman ceria itu seketika berubah ketika melihat rumah David kosong tidak berpenghuni. Cukup lama Jesika terus termenung didepan rumah David dengan tubuh bergetar hebat serta rasa hampa dan putus asa. Cuaca yang awalnya cerah pun menjadi suram seperti perasaan dirinya. Air matanya tidak bisa ia bendung, Jesika menangis tersedu dengan rasa sesak di dadanya.

Awalnya Jesika pikir David hanya pindah rumah dan masih dalam kota yang sama. Namun setelah berbulan-bulan ia terus mencari kesana kemari. Jesika tak kunjung menemukan keberadaan David. Kedua orang tuanya pun sudah ikut membantu namun nihil, ia tidak menemukan David sama sekali.

Berbulan-bulan pula lah, Jesika terus mengurung diri. Kadang ia sampai tidak makan berhari-hari karena memikirkan David. Jesika masih mencintai cowok itu, ia tidak akan melupakan David sampai kapan pun.

Ivan dan Dian sangat khawatir dengan keadaan Jesika, apalagi dia masih harus menjalani pengobatan rutin setiap bulannya. Dian sudah membujuk Jesika dengan segala cara, namun tetap saja kadang Jesika tidak mau mendengarkan ucapan orang tuanya.

Saat itu Jesika terus menyalahkan diri sendiri, hal ini terjadi memang salahnya. Jika ia berkata jujur dari awal, mungkin David tidak akan pergi. Mungkin David akan menunggu kepulangannya. Jesika merasa sangat bodoh, ia benar-benar menyesal dengan keputusan yang sudah ia ambil.

Ketika sekolah pun Jesika tidak bisa fokus, ia hanya memikirkan David, David, dan David. Seolah-olah Jesika sudah disihir untuk mengingat nama David seorang. Kadang Jesika sampai pingsan karena kram perut yang di sebabkan oleh stres berlebih.

Ivan terus mencoba mencari keberadaan cowok yang selama ini anaknya cari. Sampai akhirnya ia menemukan kota yang menjadi tempatnya tinggal. Dengan rasa senang, Ivan langsung memberi kabar gembira itu pada Jesika supaya dia juga bisa merasa bahagia.

Setelah mengetahui keberadaan David, Jesika meminta untuk pindah rumah. Jesika akan mencari David sampai ketemu, bagaimana pun caranya. Jesika bertekad untuk menemukan David. Seperti halnya kalimat yang sering ia ucapkan ketika bersama David dulu.

"Gue akan selalu kembali ke lo, David. Kemana pun lo pergi gue akan menemukan keberadaan lo. Jadi lo nggak perlu khawatir kehilangan gue,"

✯✯✯

Aku dan Adin saling diam satu sama lain. Aku tidak tahu harus memulai percakapan apa. Walau permasalahan yang tengah aku alami tidak ada sangkut pautnya dengan Adin, tapi tetap saja aku merasa tidak enak dengannya. Apa lagi sepertinya Adin masih belum sepenuhnya memaafkan aku. Atau mungkin itu hanya perasaanku saja. Ah, ntah lah aku tidak tahu. Kepalaku rasanya akan pecah ketika menerima pertanyaan lebih banyak lagi. Semoga saja hari ini tidak ada ulangan mendadak. Aamiin.

Adin diam karena memikirkan cerita Jesika kemarin sore. Ia juga ikut dibuat bingung. Adin tahu bahwa Jesika juga tersiksa ketika tahu ternyata Kak David sudah pindah kota. Tapi Adin juga tidak bisa membenarkan sikap Jesika yang tidak mau jujur dari awal. Jadi sebenarnya, disini siapa yang salah?

Adin mengacak rambutnya gelisah begitupun dengan Mika. "Kamu mikirin permasalahan kemarin?"

"Euhm_iya," lesuku seraya bersandar pada kursi. Mencoba menetralisir kan kegelisahan yang sudah menyebar keseluruh tubuh.

Farmasi & Perawat Where stories live. Discover now