FP ✿✿Ternyata milik✿✿

675 183 38
                                    

Helaan napas jengah terus David lakukan saat melihat kolong mejanya penuh dengan coklat serta surat pemberian siswi sekolah ini. David merasa risi. Baru saja dirinya ingin merasa tenang karena kemarin ia tidak melihat kolong mejanya terisi penuh. Tapi sekarang? Kejadian itu terulang kembali.

Kejadian seperti ini sudah David alami sejak setahun lalu. Tepatnya ketika David melakukan orientasi sekolah. Pada saat jam istirahat atau jam pulang, David mendapat beberapa coklat dan makanan seperti kue, donat, atau makanan ringan lainnya dari kakak senior. Jujur saja David sangat bingung dan takut.

David sampai menceritakan hal ini kepada Papah nya. Lantas Herry mengatakan bahwa, dirinya tidak harus merespon semua itu, maka kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Namun nyatanya? Hingga sampai sekarang David masih menerima coklat-coklat itu.

"Hegar, ambilin tuh coklat." Perintah David saat Hegar dan kedua temannya masuk ke dalam kelas.

"Anj*r... kok lo banyak lagi yang ngasih coklat, gue kira orang yang suka sama lo udah bosen." Ucap Hegar setelah melihat kolong meja milik David.

"Setampan apa sih temen kita ini?" tanya Firmah seraya menatap lekat wajah David. "Perasaan kita juga nggak jelek-jelek amat." Lanjutnya sambil melihat muka Azka dan Hegar secara bergantian. "Tapi kenapa kita nggak pernah dapet kek ginian ya." Bingung Firman sekalian menggambil coklat yang sudah Hegar keluarkan dari kolong meja. Kemudian membukanya dan mulai membaca isi surat yang tercantum disana.

"Ini semua buat kita, Makasih." Ucap Azka menggambil sekitar 30 bungkus coklat.

David hanya mengiyakan saja. Dirinya pun tidak menyukai coklat, walau David suka dengan makanan manis, akan tetapi David lebih menyukai kue dari pada coklat. Saat memilih kue pun David tidak suka dengan kue yang terdapat komposisi coklat. Dan itu membuat David kesusahan.

Setelah berhasil mengeluarkan semua coklat yang berada di kolong meja, dengan gabutnya Hegar memilih untuk membaca surat-surat yang tertempel hampir diseluruh coklat itu.

"Wah... penggemar-penggemar lo setia banget," kagum Hegar melihat kearah David yang kini mulai membaca buku.

"Sekali-kali lah lo makan coklat ini. Enak tau..." Azka memberikan coklat yang sudah ia buka. "Nih, buka mulut, aaa.."

David melengoskan kepalanya.

"Satu gigitan aja." Paksa Azka.

David masih enggan membuka mulutnya.

"Enak oh Vid." Yakin Azka. "Satu gigit nggak bakal bikin lu kena diabetes." Lanjutnya dengan tangan yang masih menodongkan coklat ke mulut David."

"Cepetan buka mulut."

"Ck, nggak!"

"Lu kagak tergoda sedikitpun sama nih coklat?" tanya Azka dengan kedua mata membulat.

Tidak ada jawaban dari David.

"Ngokee.." final Azka yang tidak mendapat respon dari lawan bicaranya, segera melahap coklat yang sudah terlanjur ia buka.

"Pulang nanti mau ikut nongki?" tanya Firman.

Balasan David hanya gelenggan dari kepalanya.

"Percuma lu ajak David, pasti ditolak." Sahut Hegar setelah selesai membaca semua surat itu.

"Kali-kali keluar bisa lah abis pulang sekolah." ucap Firman seperti sebuah permintaan.

"Nggak penting." Balas David tanpa melihat kearah orang yang mengajaknya berbicara.

"Udah ja—"

"Ada Ibu Ijah." Kata seseorang yang baru saja masuk kedalam kelas—membuat Azka segera kembali ketempat duduknya tanpa menyelesaikan kalimatnya.

Farmasi & Perawat Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt