FP ✿✿Mencoba mendekat dan menjauh✿✿

209 27 0
                                    

Setiap malam dan sebelum bel masuk berbunyi, aku selalu membaca kembali materi yang sudah aku terima selama hampir eman bulan ini. Aku akan melakukan nya dengan baik, aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Namun, ntah kenapa kali ini aku kesulitan untuk fokus saat menghadapi ujian.

Aku sudah berusaha sangat keras untuk fokus ketika mengerjakan soal ujian. Hari ini sudah masuk hari keempat aku melakukan ujian akhir semester. Semenjak hari pertama hingga hari ini pun, aku masih tidak bisa benar-benar fokus dalam kegiatan ini. Padahal aku sangat mengharapkan nilaiku bagus.

Setelah pertemuan terakhirku dengan Kak David lima hari lalu, aku menjadi sangat jarang bertemu dengannya. Aku tidak tahu kabar Kak David, dan rasanya hal itu sangat menyiksaku. Mungkin hal ini juga menjadi salahku, selama lima hari ini aku tidak membalas pesan dari Kak David. Aku terus mengabaikannya, karena aku sudah berjanji pada Jesika untuk menghindari Kak David.

Bisa dikatakan aku berhasil dalam menjalani janjiku. Namun ada luka yang sangat dalam yang tidak bisa aku sembuhkan. Hatiku hancur, aku tidak pernah menginginkan hal ini. Aku sangat menyukai Kak David, aku tidak ingin jauh darinya untuk waktu yang lama.

Aku pikir ketika aku melakukan keinginan Jesika, dia akan memaafkanku dan kembali menjadi teman baikku. Tapi ternyata tidak. Jesika tidak lagi dekat denganku ataupun Adin, dia malah seperti menjauhiku layaknya aku menjauhi Kak David.

Ketika aku mencoba berbicara dengan Jesika, dia selalu menghindar dan seperti tidak ingin melihatku. Bahkan sepertinya dia tidak lagi menyimpan nomor teleponku. Setiap pulang sekolah aku terus menunggu Jesika, namun dia selalu putar arah saat melihatku ada di rumahnya. Jesika memilih untuk pergi dan menungguku pergi dari kediamannya, dan hal itu sangat menggangguku. Aku tidak ingin pertemanan ku dengan Jesika hancur karena seorang cowok.

Bel tanda ujian selesai berbunyi, membuatku tersadar dari lamunan. Aku terus mengerjapkan kedua mataku untuk menyadarkan diri, dan saat aku melihat kertas ujianku. Lembar jawabanku masih kosong, hanya tertulis nama, kelas dan kejurusan ku. Aku benar-benar dibuat bingung. Baru hari ini aku sama sekali tidak mengerjakan soal sedikitpun. Keringat dingin sudah membasahi tubuhku saat guru pengawas mengambili lembar jawaban.

"Mika apa-apaan ini?!" tanya Bu Fitri—salah satu guru yang menjadi pengawas ujian. "Kamu sakit?" tanyanya lagi.

Demi apapun detik itu juga aku bingung harus mengatakan apa. Pita suaraku seakan hilang di tenggorokan. Kepalaku terasa begitu sakit. Seluruh tubuhku seperti mendapat hantaman yang sangat keras. Pandanganku menjadi buram, semuanya tampak samar dan berputar. Dengan perlahan aku sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi. Penglihatanku menjadi gelap gulita.

✯✯✯

Adin langsung berlari kencang saat mendengar Mika pingsan. Ia begitu takut, Adin benar-benar khawatir dengan kondisi Mika. Beberapa hari kebelakang Mika menjadi pendiam dan terus menyendiri.

Sebenarnya Adin tahu permasalahan apa yang sudah menimpa sahabatnya, namun dirinya bingung harus berbuat apa. Adin tidak ingin membuat Mika makin terbebani.

Dengan napas yang masih belum bisa ia kontrol, Adin berusaha untuk menanyakan keadaan Mika pada guru yang menangani sahabatnya. "Ibu hhh...gimana hhh...hhh keadaan Mika?"

"Dia baik hhh...hhh baik-baik aja kan hhh Bu hhh...hhh?"

"Tarik napas dulu," perintah Bu Novi—sekaligus perawat yang mengajar di sekolah kesehatan Bandung. Sebenarnya cukup banyak para Perawat yang menjadi guru di sekolah ini, mungkin ada sekitar enam orang.

Adin mengikuti anjuran dari Bu Novi, ia menarik napas dalam sebanyak tiga kali, lalu duduk di kursi dekat brankar Mika dengan tatapan cemas dan penuh kekhawatiran. Adin terus memegangi tangan Mika dengan lembut. Mika masih memejamkan matanya, dan hal itu makin membuat Adin takut.

Farmasi & Perawat Where stories live. Discover now