FP ✿✿Menjauh✿✿

201 24 2
                                    

Adin melihat Mika terus terdiam tanpa menyentuh sedikitpun makanan yang telah dia pesan. Adin merasa ada yang aneh terhadap sahabatnya. Sangat jarang sekali Mika melamun seperti ini, ketika tidak dapat nilai sempurna pun Mika tidak pernah melamun. Adin merasa risi sendiri ketika melihat hal yang jarang sekali ia lihat. Sebenarnya ada apa dengan sahabatnya?

"Mi-ka," ucap Adin dengan suara pelan, menyenggol lengannya untuk menyadarkan dari lamunan.

"Kamu kenapa? Ada masalah? Cerita sama aku." Adin mencoba menggali informasi.

"Kamu masih mikirin masalah Kak David dan Jesika?"

"Mika kamu kenapa siiih?" rengek Adin ketika ucapannya terus diabaikan. Adin paling benci saat orang yang ia ajak bicara tidak memberi respon sedikitpun. "Dari pagi kamu diem aja, kamu nggak capek? Ayok dong ngomong. Aku ngomong dari tadi capek tauuu,"

"Mika, kenapaaa?"

"Aku mencoba untuk baik-baik saja." Balasku tanpa melihat Adin. Tatapanku terasa kosong, aku masih memikirkan ucapan Jesika kemarin sore. Aku pikir Jesika akan meminta hal yang biasa Adin minta, namun dugaanku salah.

Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, membuat Adin tambah kebingungan. Aku terus menghela napas panjang, mencoba menahan air mataku untuk tidak terjatuh, mengingat kini aku berada di kantin dan tidak ingin membuat Adin makin cemas.

"Ayok cerita sama aku," Adin memeluk Mika dari samping, memberikan ketenangan dengan cara menepuk-nepuk pelan lengan sahabatnya. "Nggak biasanya kamu kaya gini. Jangan buat aku khawatir."

Aku kembali membuka wajahku dan memperlihatkan pada Adin bahwa aku baik-baik saja. Kemudian berkata dengan pilu. "Aku akan menjauh dari Kak David."

"APA?!" Kaget Adin tidak percaya. "Kamu nggak seriuskan? Kamu lagi becanda, bukan? Kamu cuma lagi main-main sama aku. Kamu pasti lagi bohong supaya aku tertawa." Ucap Adin bertubi-tubi dengan raut wajah bingung.

"Aku serius." Balasku mantap.

"Aku pikir ketika aku mencoba menghindari Kak David karena rasa bersalahku terhadap Jesika, akan membuat Jesika mengerti dan kita masih bisa berteman seperti biasa. Tapi aku salah." Jedaku dengan penglihatan buram, sepertinya aku tidak bisa menahan air mataku lagi. Tapi aku harus mencoba menahannya, namun sangat menyakitkan. "Jesika memintaku untuk menjauhi Kak David."

"Aku akan melakukan itu karena aku sudah berjanji padanya. Aku akan melakukan apapun supaya Jesika memaafkanku."

Air mataku sudah mengalir deras tanpa aku sadari. Aku benar-benar tidak bisa menahan kesedihan ini. Rasanya hatiku hancur. Dadaku juga terasa sesak, seakan aku tidak bisa bernapas dengan mudah. Aku terus memegangi dadaku sambil mencengkram kuat bajuku. Aku tidak ingin berada disituasi seperti ini, sejak dulupun aku tidak pernah membayangkan betapa sakitnya melepaskan orang yang kita cinta.

Adin langsung memeluk Mika, memberikan pelukan hangat seorang sahabat yang akan selalu ada untuknya kapanpun itu. Adin ingin marah, ia ingin menemui Jesika dan akan meluapkan emosinya. Namun disatu sisi Adin memikirkan perasaan Mika. Sudah pasti Mika tidak akan suka ketika ia mengambil keputusan itu, namun Adin tidak bisa tinggal diam begitu saja.

"Kamu yakin tidak akan menyesal?" tanya Adin.

"Akan aku usahakan,"

✯✯✯

Bel pulang berbunyi membebaskan semua siswa dari pelajaran yang mungkin membuatnya hampir mati karena tidak bisa menghirup udara dengan leluasa. Begitu pun dengan David yang kini tengah menarik napas lega karena sudah menyelesaikan semua soal yang telah diberikan oleh guru mapel (mata pelajaran).

Farmasi & Perawat Where stories live. Discover now