FP ✿✿Berdua dengan...✿✿

601 167 24
                                    


"M_Mika?" Tanya David dengan mimik wajah kaget.

Benar, dia David Herry Zeyn. Kakak kelasku yang aku sukai. Hm! Aku malu, apa lagi ketika aku memasang wajah yang memuakkan. Rasanya aku ingin menangis.

"Dia satu komplek dengan ku?"

"Ah! Dunia ini benar-benar sempit!"

"Ma_maaf Kak sebelum nya, aku_aku udah mengganggu waktu istirahat Kakak. A_aku kesini mau ngasih ini." Jelasku gugup. "Biasanya Ibu selalu buat kue-kue untuk di bagi ke para tetangga," jelasku saat Kak David masih terdiam.

Sumpah demi apapun aku benar-benar malu, sekaligus marah pada diri sendiri. Kenapa tadi tidak mengiyakan saja tawaran dari Ayah. Kan bisa Ayah yang memberikan kue ini, lalu aku tidak usah repot-repot tau kalau Kak David ternyata satu komplek denganku.

David tidak langsung menerima bingkisan yang di berikan oleh cewek itu. Dia malah melirik kearah sepeda yang masih terisi penuh dengan kota-kota kue.

Aku mengikuti tatapan Kak David, lalu aku kembali melihat tubuhnya yang lebih tinggi dariku.

"Itu_itu semua kue yang belum aku anterin, Kak." Ucapku pada Kak David yang kini sudah memalingkan tatapannya.

Lagi-lagi tatapanku dengan Kak David bertemu, aku segera menundukkan kepala. Kenapa aku jadi salting kaya gini? "Mika jangan malu-maluin, please." Gerutuku dalam hati.

"Makasih," David menerima kotak itu. "Lo sendirian bagiin kue sebanyak itu?" Tanya David sedikit menaikkan alis.

"Ah! Apa Kak?" Tanyaku untuk memastikan kalau aku tidak salah dengar dengan ucapan yang baru saja keluar dari bibir imut Kak David.

"Lo sendiri bagiin kue sebanyak itu?" Ulangnya.

Aku mengangguk. "Emang kenapa, Kak?"

"Tunggu sebentar." David masuk. Tidak selang beberapa lama, ia kembali lagi dengan jaket yang membalut tubuhnya, serta satu jaket lagi berada di tangan.

"Nih, lo pake," David memberikan jaket yang berada di tangan nya ke Mika.

Aku terhentak! Ini bukan mimpi kan? Aku mencubit lenganku, dan rasanya sakit. Aku mengigit bibir bawah, sangat memalukan.

"Lo nggak lagi mimpi," David mendekat, lalu memakaikan jaket itu kepada Mika dengan satu gerakan.

Aku mundur beberapa langkah, jantungku, perasaanku. Kini! Sudah tidak bisa di kendalikan. Aku deg degan, tubuhku bergetar, suara debar di jantungku pun terdengar sangat keras. Semoga saja Kak David tidak mendengar suara di jantungku yang seperti akan meledak.

"Seharusnya lo make jaket kalau malam kaya gini. Cuacanya dingin, bisa-bisa lo masuk angin," David berjalan mendahului Mika. "Jadi orang jangan ceroboh,"

"Sekarang kemana?"

Aku berhenti mendadak ketika Kak David berhenti. Untung saja aku berhenti tepat waktu, jika tidak! Sudah di pastikan aku akan menerobos tubuhnya.

"Ah, aaa...itu ke_ke rumah sebelah Kakak," jawabku panik. Padahal tidak ada yang salah. Namun, aku yang panik sendiri. "Ya Tuhan. Selamatkan aku." mohonku dalam hati.

Tidak salah bukan? Jika Kak David membantu orang yang sedang kesusahan? Perilaku Kak David tidak menunjukkan bahwa dia mempunyai perasaan yang sama seperti diriku? Semua yang di lakukan Kak David hanya sebatas rasa kasihan sesama manusia. Tidak lebih dan tidak kurang!

Aku harus bisa menerima kenyataan. Aku tidak boleh berharap terlalu besar. Aku tidak boleh membuat hatiku sakit.

"Biar lebih cepat, kita bagi tugas," David memberikan Mika satu kotak, lalu menyuruhnya memberikan kepada rumah yang berada didepan rumah David.

Farmasi & Perawat Where stories live. Discover now