FP ✿✿Bertetangga✿✿

604 171 20
                                    

Hari Minggu ini aku dan Adin kembali berangkat ke sekolah, karena jadwal hari ini adalah latihan Karate. Aku meminta izin ke Ayah dan Ibu untuk memberikan jaket milik Kak David. Memang kebenaran nya demikian, lagi pula Kak David akan ikut dalam ekskul Karate. Jadi aku tidak susah-susah untuk mencari rumahnya.

Jam setengah sembilan aku sudah siap, menunggu Adin untuk menjemputku. Dari rumah, aku menggunakan baju casual, lalu ketika sudah sampai di sekolah, aku akan berganti baju menjadi baju yang di gunakan saat latihan Karate.

"Sayang, bawa ini buat David," Ucap Ibu sebelum aku keluar dari ruang tamu.

"Apa ini, Bu?"

"Cheesecake," Livi memberikan totebag yang sudah berisi satu kotak Cheesecake. "Jangan lupa, oke,"

"Iya Bu. Mika berangkat dulu, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Aku pergi setelah mencium punggung tangan Ibu, lalu menunggu Adin di luar.

Setibanya di sekolah, aku segera mengganti baju. Dan berbaris di lapangan. Aku akan memberikan jaket dan kue nya nanti saja, ketika jam istirahat. Sebab kalau sekarang, waktu nya sangat mepet. Aku tidak mau telat.

Semua siswi yang mengikuti ekskul Karate sudah berkumpul. Pembina yang akan melatih Karate pun sudah datang. Kita semua di minta untuk pemanasan terlebih dahulu.

Lima belas menit sudah kita melakukan pemanasan, lalu di minta untuk berbaris jauh-jauhan untuk memudahkan gerakan.

Kak Aldi dan Kak David dan beberapa senior sudah berada disana. Aku bersama Adin terus memperhatikan setiap gerakan yang di berikan oleh pembina, serta Kakak kelas yang mulai melakukan gerakan yang sama. Setelah itu barulah anggota baru untuk mengikuti gerakan itu.

Gampang-gampang susah ketika aku melakukan gerakan awal Karate. Saat aku melihat pembina dan Kakak kelas melakukannya terlihat sangat mudah. Tapi saat aku mencoba, terasa sulit.

Kakak kelas terus memberikan gerakan-gerakan pemula, sedangkan pembina menjelaskan maksud dari setiap gerakan yang di berikan.

Aku merasa sedikit menguasai gerakan-gerakan itu. Aku terus memperhatikan Kak David yang menjadi contoh untuk perlawanan ketika ada seseorang yang menyerang tiba-tiba. Terlihat sangat keren.

Tiga jam di habiskan untuk penjelasan dan gerakan awal saja. Setelah itu kami di perbolehkan untuk istirahat selama setengah jam.

Aku bersama Adin langsung bergegas menuju tempat di mana ransel aku dan Adin diletakkan. Aku tidak membawa makanan, hanya air minum saja dan beberapa cemilan ringan. Aku segera meneguk air yang berada di botol, rasanya segar sekali. Aku minum sampai air itu hampir habis. Ternyata capek juga.

Aku teringat untuk mencari Kak David supaya bisa memberikan jaket nya dan Cheesecake yang sudah Ibu buatkan. Tapi setelah di lihat-lihat, ternyata Kak David tidak berada di lapangan.

"Din, kira-kira Kak David kemana ya?" Tanyaku.

"Nggak tau, aku bukan peramal. Cari aja sana," usir Adin

"Sama kamu yuk,"

"Nggak ah, aku capek." Keluhnya.

"Adin..."

"Engak mau..."

Aku hanya membalasnya dengan senyuman datar. Adin memang bikin kesal.

"Ya udah aku cari sendiri, bye!" Kesalku lalu meninggalkan Adin yang terduduk di tepi lapangan. Aku mengambil dua totebag yang berisi Cheesecake dan jaket.

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang