FP ✿✿Satu langkah lebih maju✿✿

180 29 0
                                    

Aku bersama Adin terus diam tanpa ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Kita berdua diam karena memikirkan permasalahan semalam yang kami dapat dari orang yang tengah kita dekati. Aku bingung, dan Adin juga ikut merasakan hal itu. Walau Adin sudah tahu pasti bagaimana perasaan Kak Kenza, namun hal itu masih membuatnya ragu.

Aku menghembuskan napas pendek, begitu pun dengan Adin yang hanya bisa menarik napas dalam. Aku masih belum percaya Kak David menceritakan masa lalunya, dan hal itu mungkin sangat berat baginya ketika harus mengingatnya kembali. Aku yakin Kak David tidak akan terbuka pada orang lain. Akan tetapi terhadapku?

Aku tidak menceritakan masalah Kak David pada Adin, aku tahu Kak David pasti tidak suka jika privasi nya banyak diketahui oleh orang banyak. Jadi aku memilih untuk menceritakan hal lain pada Adin. Bukanya Aku ingin berbohong, tetapi aku hanya ingin menghormati privasi Kak David. Dan ketika aku membicarakan masalah ini kepada Adin, dia tidak merasa keberatan. Yang terpenting Adin tahu inti dari permasalahan Kak David apa.

"Adin aku harus gimana?" tanyaku membuka percakapan. "Aku masih bingung kalau Kak David mulai menerima kehadiranku atau nggak? Aku nggak bisa memastikan hal itu sendiri, karena kadang Kak David masih bersikap dingin terhadapku. Padahal aku memang tau apa penyebabnya, tapi aku nggak bisa menemukan jalan keluarnya."

"Kalau menurut kamu, aku harus berbuat apa?"

"Apa aku hanya harus bersikap seperti biasa saja? Mungkin jika aku bersikap berlebihan akan membuat Kak David merasa risi atau mungkin terganggu. Tapi aku ingin bisa membuat Kak David kembali kesedia kala."

"Tapi apakah aku bisa?"

"Bisa." Balas Adin tanpa melihat lawan bicaranya.

Lagi-lagi Adin menarik napas dalam, menghembuskan nya secara gusar lalu menghadap Mika yang sedari tadi menatapnya. "Kan udah aku bilang, seseorang rela berubah demi orang yang mereka cintai."

"Coba aja kamu minta Kak David untuk nggak bersikap dingin sama kamu, kalau memang dia menyukaimu pasti dia akan perlahan-lahan berubah. Tapi jika tidak, maka Kak David tidak serius menyukaimu."

"Apa itu cara yang terbaik?"

"Ya... coba dulu aja. Aku tidak dalam posisi kamu sekarang. Kita dalam satu fase namun berbeda masalah."

"Oke lah, bakal aku coba."

"Dan apa solusi untukku?" tanya Adin sambil menadahkan kedua tangan. Menyandarkan tubuhnya pada kursi kelas yang kebetulan sepi karena semuanya pergi kekantin.

"Kamu sudah tahu perasaan Kak Kenza seperti apa, dan kamu juga sudah nyaman dengannya. Lalu apa masalahnya?"

"Masalahnya?" jeda Adin beberapa detik, kemudian melanjutkan ucapannya lagi. "Aku belum yakin,"

"Apa yang buat kamu nggak yakin?"

"Aku khawatir kalau aku masih menyukai Kak Aldi."

"Adin...! Jangan mulai deh." Geramku melihat Adin dengan tatapan sengit. "Jangan plin-plan!"

"Kamu selalu senang, kamu juga udah nyaman dengan kehadiran Kak Kenza. Lalu apa yang masih buat kamu ragu? Jangan sia-siakan kesempatan yang mungkin tidak akan pernah datang untuk kedua kalinya."

"Tapi sekarang aku masih deket sama Kak Aldi." Balas Adin melihat kearah sahabatnya.

"Kata kamu aku perlu waktu untuk memilih, dan selama ini aku selalu mempertimbangkan antara Kak Aldi atau Kenza,"

"Lalu?" tanyaku saat Adin menghentikan kalimatnya.

"Lalu..." gantung Adin.

Aku terus menatap Adin, menanti jawaban yang akan ia beri.

Farmasi & Perawat Where stories live. Discover now