18+

1.1K 30 0
                                    


SUAMIKU BOCAH!
Part 11
#18_plus
***
"Iki.. Bangun! Lu kagak kerja ape!" bentak muneh di pagi hari itu lengkap dengan baju kantornya, Reflek gua menggapai badannya membawa kepelukan dan menghempaskannya kekasur

"Lu cantik bat si muneh.., bikin gua gemes aja" desis gua merebahkan badannya wanita itu menatap gua dengan mata membulat. "Lu mau ngapain peak" lirihnya geram. Gua sontak terkekeh mengelus-ngelus pipinya lembut. Sedikit muneh menggeliat karna geli.

"Masih nanya lagi gua mau apa'an" lirihku mendekatkan bibir gua pada bibir seksinya mumun. Sejenak tak ada perlawanan gua mendaratkan bibir gua dengan aman, gua lumat manisnya pun kayaknya masih diam. Untuk sesa'at gua berpikir mungkin ini sudah waktunya. Darah gua memanas hingga akhirnya muneh tega ama gua.

"Aye mau kekantor!"desisnya mendorong badan gua dan berdiri. Sedikit nervous dan menyibak rambutnya. Muneh tampak kikuk coba berucap.

"Aye arus kekantor nanti telat"

" Ya ampuun mumun..."rengek gua.  Muneh beranjak kepintu kamar tanpa menoleh sedikitpun.

"Sadis bat..!"
                                                  ★★★
Pov
Lilis Maemuneh

Gila, aku beneran gak habis pikir. Sebenarnya aku ini kenapa aku ngerasa Iki memang belum pantas untuk jadi suamiku. Tapi aku suka kelepasan gitu saat di cumbuinya, tu anak memang tak di ragukan lagi dia sangat mempesona, dia tampan, baik dan lucu juga. Sebenernya dia gak terlalu kekanakan banget dia masih kepikiran buat nafkahin aku dan selalu sabar saat berapa kali aku memarahinya hingga sampai memukulinya. Sungguh jiwa-jiwa seperti Iki sama sekali tidak bocah labil yang belum paham apa-apa.

Tapi aku akan tetap menolak, aku dah terlanjur bilang kalau aku gak bakalan kecantol bocah kek dia. Sungguh aku menunggu kejutan lain hingga nanti aku berpikir bahwa dia pantas untuk aku pertahankan. Kadang kasian juga sih tapi aku perlu alasan yang kuat dulu untuk bisa mempersembahkan segalanya. Karna untuk rumah tangga ini bukan satu atau dua hari saja. Aku ingin selamanya, nanti saat aku sudah mulai renta sementara Iki masih sehat. Aku gak yakin dia sabar dan tetap mencintaiku seperti hari ini. Disini aku hanya ingin melihat ketulusannya.

"Pagi Lilis.." sapa pak Revan memasuki ruangan, sontak saja aku tersintak dari lamunanku dan menyunggingkan senyum padanya.
"Pagi pak.." pak Revan membalas senyum hangatku dan beranjak ke meja kerjanya. Aku berdiri menyodorkan beberpa berkas dan meletakkan nya di meja, pak Revan mengelus punggung tanganku lembut dan berkata.

"Makasih ya?" desisnya, sejenak aku terheran mataku sedikit terbuka melihat telapak tangan pak Revan bertengker dipunggung tanganku. Sigap aku menarik jemariku dan menyunggingkan senyum ramah. Aku membalik sembari terheran kembali ke meja kerjaku

"Oh ya lis, hari ini kita punya pertemuan di luar kantor. Kamu sudah buat jadwal jam berapa?" tanyanya, langkahku terhenti. Sembari membalik.

"Untuk jadwal kantor, hari ini padat banget pak. Mungkin bisanya sore jam 4" jelasku, pak Revan tampak manggut-manggut.

"Jam empat aku perlu menyelesaikan berkas lain, kamu bisa minta pada PT itu untuk pertemua lain waktu saja?" jelasnya dengan santai mataku membulat.

"Maaf pak, tidak bisa. Ini sebuah kesepakatan besar dan beliau tidak punya waktu untuk meladeni kita saja." timpalku, Pak Revan tak kalah bingung.

"Coba deh lis, kamu konfirmasikan lagi. Apa mereka bersedia bertemu kita malam ini?" ujar pak Revan, aku terbolongo sesa'at.

"Mm-malam pak?"

"Iya?"

"Tapikan saya gak bisa dampingin bapak kalo malam?"

"Ini mendadak. Kita harus mendapatkan proyek ini Lis, aku rasa kamu bisa profesional. Karna ini masih menyangkut pekerja'an bukan?" jelas pak Revan, aku mendegup serek rangkunganku.

SUAMIKU BOCAH!Where stories live. Discover now