Cemburu

475 32 2
                                    

Kita lanjut.....!

POV IKI

Belakangan hari-hariku terasa sangat bergairah akan tingkah laku Mumun yang kadang bikin geleng-geleng. Jujur rasanya aku tidak nahan dengan segala sikapnya yang agresif. Masih bisa kurasakan darahku berdesir hebat dan api jiwaku memanas.

"Mumun....," lirihku merengek menunggunya berkemas. Emang dasar wanita itu ribet. Dari tadi belum juga selesai memilih gaun. Aku diam melihat Mumun berdiri didepan lemari dengan baju dalamannya yang ngetat. Seketika jakunku naik turun melihat bodi bohay istriku itu.

"Buruan atu Mun?" ucapku. Mumun tampak berdesih memegangi bajunya yang di anger.

"Aye pakai yang mana ya Ki? Bagusan yang mana?" tanyanya. Aku melirik kedua gaunnya.

"Udah yang kanan aja buruan!" gegasku. Mumun sedikit manyun dan meletakkan baju yang di pegangnya di kiri.

"Gak tau apa, junior gua berkedut dari tadi." bisikku menggerutu melirik lekuk tubuh Mumun.

"Ape? Lu ngomong apa tadi Ki?" tanyanya, mataku sedikit membuka menoleh padanya.

"Gak ada, lu punya telinga lebar amat? Udah buruan ini dah jam berapa?" ujarku. Mumun hanya terkekeh.

"Buruan Mun" gegasku berdiri. Mumun tersenyum menantiku menghampirinya. Melihat senyum manis dan binar mata ni tante-tante bikin hasratku menggelora. Kembali aku rangkul pingganya dan sedikit meremas bokongnya yang bohay.

"Buruan.... Gua perkosa juga lu ntar! kelama'an!" gerutuku mendekatkan wajahku pada bibir Mumun tampak menanti aku daratkan kecupan itu.

Cuuuupp..

Kecupku lama menempelkan bibirku padanya. Rasanya aku ingin mengalir menikmati setiap tegukan manis istriku tapi ini bukan waktu yang tepat. Segera aku dorong bahu mungil Muneh dan berkata.

"Lu sih, bikin gua nafsu aja! Ayo buruan. Gua tunggu di luar. Kalo gua disini. Gak akan kelar-kelarlu bersiap!" bentakku kesal. Mumun hanya nyengir. Aku beranjak dan menunggunya  keluar.

Dua puluh menit berlalu mumun keluar dengan gaun berwarna merah. Dan itu sama sekali tidak ada dalam daftar pilihan yang ia tunjukan padaku tadi. Seketika aku mendegup dan sekaligus terpesona melihat keanggunan istriku malam itu. Aku berdiri dan menyambutnya datang. Dalam waktu bersama'an enyak keluar dari kamar hendak mengambil minum di dapur.

"Wiiiiih... Lu cantik bat, mau kemane?" tanya enyak. Mumun tersenyum sedikit mengibas Roknya yang jatuh mengembang.

"Lu cantik amat?, lebay kali! Lu dandan buat siapa sih?" gerutuku. Sedikit Lilis manyun dan menoleh padaku.

"Trus lu maunya gimana ha? Lu mau gua datang dengan wajah amburadul tanpa dandan gitu?" gerutunya.

"Iya tapi lebai!" geramku melap bibirnya yang merah merona dengan jemariku.

"Aduh Iki... Tu tanganlu blepotan!" ucap enyak bergegas mengambil tisu.

"Nah gini tipis aja, lebih manis. Biar gak keliatan seperti tante-tante juga." ujarku. Mumun ngaca dengan layar ponselnya.

SUAMIKU BOCAH!Onde histórias criam vida. Descubra agora