Romance

518 39 4
                                    

So bersiap untuk tabur bintang?
Okey!

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

POV IKI

"Kenapa bisa Revan membawamu dengan mobilnya" tanyaku pada Mumun saat di atas motor.

"Revan izin pulang pada tante Drista, untuk mengantarku jadi aku terpaksa bersandiwara juga." tutur Mumun. Aku geram dan rahangku menggertak membayangkan Revan mencium paksa Mumun. Andai aku bisa aku akan bunuh dia. Mumun diam dengan sembari nyender di punggungku bisa ku rasakan lengan Mumun melingkar di pinggangku. Sedikit aku mengelus tangannya yang lembut itu dan fokus melaju pulang.

Trakt

Pintu kamar terbuka, Mumun langsung berberes di kamar mandi hingga menghapus riasannya. Sedangkan aku memilih langsung nyender di sofa. Entah kenapa memikirkan hal tadi membuat aku kalud. Aku belum bisa terima Revan menyentuh dan lecehkan istriku.

"Sial!" bisikku sendiri. Setelah mengganti pakaianya dengan piyama tidurnya Mumun menghampiri dan reflek bersimpuh membukakan sepatuku. Sedikit aku tersintak dan melihat dia dibawah.

"Kenapa kamu terlihat resah sekali." ucapnya pelan. Aku mendegup dan mengangkat bahu Mumun ke pangkuanku.

"Aku sakit saat membayangkan Revan me-" ucapanku terhenti. Mumun sedikit beriyak mendekatkan wajahnya.

"Maaf, kamu harus melihat itu. Aku sudah berusaha menghindarinya ta-" ucapan Mumun aku hentikan.

"Aku tau Mun, aku melihatnya." ujarku. Mumun tertunduk.

"Maaf.." desis istriku itu serak. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku harus lakukan sekarang sakit saja saat melihat orang lain menyentuhnya dengan nafsu. Tak bisa kubayangkan betapa hancurnya aku jika aku terlambat.

"Apa kamu mencintaiku?" tanyaku pelan lagi serak. Suaraku seakan di redam oleh kabut gairah. Bisa aku lihat Mumun juga memandangiku dengan penuh Cinta. Sedikit jemarinya mengelus dahi dan setiap sisi wajahku.

"Aku juga mencintaimu Ki.." desisnya, aku memeluk dan membenamkan wajahku di dadanya.

"Awalnya aku fikir kamu, hanya bocah kecil yang sama sekali tidak paham perasa'anku. Tapi melihat aksimu tadi. Aku rasa kamu cukup hebat untuk melindungiku." tutur Muneh, aku tersenyum dalam dekapannya.

"Jadi kamu jatuh cinta padaku baru tadi?" tanyaku, reflek Mumun menggeleng dan membawa wajahku ke pandangannya bisa aku rasakan jemarinya mengangkat lembut wajahku.

"Tidak Ki, aku mencintaimu sejak kamu tau akan tanggung jawabmu pada Mumun, dan berusaha membahagiakan enyak? Kamu cukup dewasa dengan umurmu yang segini." jelasnya, aku tersenyum.

"Bagaimana dengan selisih umur kita?" tanyaku. Sejenak Mumun terdiam.

"Aku masih 20 tahun lo?" ujarku lagi dengan cengingisan.

Cup...

Kecupan tiba-tiba mendarat di bibirku, gila ternyata gini ya rasanya nikah sama tante-tante kebiasa'an nyosor duluan. Kecupan hangat sedikit lama yang membuat buluku bergidik dan darahku berdesir hebat.

SUAMIKU BOCAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang