Teror

257 18 1
                                    

Jika kamu punya banyak waktu gunakan sebaik mungkin untuk kebahagia'an, karna waktu sifatnya tidak konsisten dia bisa saja berlalu dan tak bisa di ulang lagi walaupun satu detik.

*
*
*
*
So siap vote koment and share?
Okey!

POV REVAN


Kenapa harus Iki?, jujur aku sangat rindu akan Bryan setiap hari masalah ini seolah menyita waktu dan fikiranku, bisa-bisanya Tuhan buatkan lelucon bahwa Iki itu Bryan? Aku tidak tau apakah aku harus senang atau sedih. Sekarang aku hanya bisa diam sembari memandangi foto Bryan kecil, masih bisa aku ingat saat terakhir kali kami bertiga bersama mama laras membawa Iki bermain disebuah pusat permainan di kota singapore, aku sangat cemas saat mama laras bilang Iki hilang, aku mencarinya kesana kemari hingga mama laras memaksaku untuk pulang dan menyerahkan semuanya pada polisi, aku merasa waktu itu aku yang sangat bersalah akan kehilangannya Bryan. Karna aku tidak bisa menemukannya dan menjaganya. Tapi sekarang apa yang aku rasakan. Bahkan saat dia kembali aku tidak bisa memeluk dan merangkulnya. Sedikit aku berdesih meletakkan lagi foto lawas itu dalam laci.

Drrrrt Drrrrrt.

Bunyi ponselku berdering ku coba menoleh pada ponselku dan menjangkaunya. Sedikit mataku terbuka melihat mama Laras yang telpon. Aku menghela nafas dan coba mengangkat panggilan itu.

"Ya mah?" ujarku.

"Syukurlah sayang, kamu sudah mau mengangkat telfon mama." ujarnya, aku diam sembari tetap mendengarkan.

"Sayang, mama dapati Data perusaha'an di singapura yang bocor, katanya akan ada pewarisan jabatan. Apakah itu untuk Vano?" tanyanya, aku masih bungkam aku tidak bisa kasih tau mama Laras karna Bryan telah ditemukan. Aku tau sikap mama, dia wanita yang ambisius terlebih saat papa mulai mengkhianatinya ia berubah menjadi wanita yang kejam seperti ini.

"Tidak mah... Itu untuk Revan?" desisku dengan nanar. Terdengar dari sana nafas mama tersengal.

"Benarkah?"

"Ya..." singkatku lirih.

"Kenapa? Apa Burhan tersadar melihat aksi heroikmu menyalamatkan anaknya?" tanyanya. Aku berdesih dan berkata.

"Mama..., aku juga anak papa." singkatku.

"Kamu tidak tau saja Revan, papamu lebih menyayangi anak-anaknya Drista." ujarnya aku mengusap wajahku dan coba berkata dengan berat.

"Sudah Mama, tolong jalanilah hidup mama dengan lurus. Mama tau Revan gak bisa berbuat banyak jika nanti mama ketahuan. Mama taukan Revan sayang sama mama." ujarku dengan dada terasa sesak.

"Apa yang bisa mereka lakukan untuk membalas mama." ujarnya. Bibirku terjahit dan tak bisa katakan bahwa Bryan sudah ditemukan.

"Mah, Revan mohon hentikan semua ini sebelum mama menyesal." tegasku tertekan. Terdengar dari sana panggilan dimatikan. Aku menghela nafas sesak dan mengusap wajahku gusar.

Drrrrrrrt Drrrrt

Kembali ponselku berdering reflek aku mengangkat tanpa menoleh pada Layar.

"Iya mah, ada apa lagi." ujarku.

"Mah? Ini aku mas? Keyza." ujarnya. Sedikit aku menoleh pada layar.

SUAMIKU BOCAH!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant