Chapter 4

1.7K 336 50
                                    

Manik mata Reina bergerak di balik pelupuknya. Tubuhnya masih terasa sakit. Jika bantal di bawah kepalanya bisa berhenti bergerak sekali saja

Tunggu dulu.

Bantal harusnya tidak bergerak.

"Oh? Sudah bangun?"

Mata si gadis menjeblak terbuka.

Tampak wajah Gojo Satoru tepat di depan mukanya. Tersenyum simpul. Dan barulah Reina menyadari posisinya berada.

Kepalanya ada di pangkuan pria itu.

Dia menjerit. Menarik diri dan segera bangkit. Netra hitam mendelik ketika dia menatap pria yang masih duduk di bangku itu hanya tersenyum semakin lebar.

"Kau—Apa yang—Kenapa kau ada di sini?!"

"Ini taman umum, kan?" tanya Gojo. "Memangnya aku tidak boleh berjalan-jalan?"

Reina menggertakkan gigi dengan kesal. Melihat senyuman polos yang terpajang di wajah putih Gojo, dia jadi ingin—

Menimpuknya.

"Bukan itu maksudku, bodoh," desis si gadis. Sebelum berbalik dan menatap ke air kolam yang lebar. Batinnya mencari koneksi dengan suara Resi.

<Resi, selama aku pingsan, dia tidak melakukan apapun, kan?>

<Kalau dia berani, aku pasti sudah memenggal lehernya.>

<Ah, dasar protektif.>

Resi tertawa keras di kepalanya. Reina mau tidak mau juga terkikik. Sebelum suara Resi mereda dan digantikan oleh dehuman.

<Maaf tadi aku bertukar paksa denganmu begitu.>

<Tidak masalah. Aku tahu kau hanya khawatir.>

<Ya, masalahnya aura roh tadi—>

"Apa kau mengobrol dengan roh kutukanmu?"

Celetukan Gojo nyaring. Membuat Reina tersentak dan kembali berbalik. Gojo sudah bangkit dari bangku. Tangannya bersedekap. Masih ada cengiran tengil di wajah pria yang menyela pembicaraan mereka itu.

"Kau diam lama sekali," ucap Gojo sembari membenarkan letak kacamata. "Jadi, kau dan kutukan ini bicara lewat telepati?"

"Berhenti memanggilnya begitu."

Nada kalimat Reina menggigit. Gojo tampak terkejut sesaat. Akan tetapi, wajah itu langsung sirna. Dia kembali memasang ekspresi geli.

"Jadi~ siapa namanya?"

Sang gadis terdiam. Dia bisa merasakan gemuruh suara Resi yang mendesah lelah.

<Katakan saja. Dia tidak akan berhenti mengganggumu kalau tidak.>

"Resi. Namanya Resi."

"Resi?" Gojo berdehum. "Hmm, namanya asing, mungkin dia Special Grade yang tidak terdaftar."

<Itu sesuatu yang ditulis di salah satu buku Kakek Buyut. Soal tingkatan roh kutukan?>

<Ya, aku mengingatnya.>

"Nah, kau melakukannya lagi!" Gojo menyeringai. "Apa mengobrol dengannya lebih menyenangkan daripada denganku?"

Reina baru akan membalas. Akan tetapi, dia mendengar suara bergetar dari saku jaketnya. Manik hitam langsung membulat.

Aku lupa soal yang lain!

Dia buru-buru mengeluarkan ponsel dari jaket. Benar saja. Notifikasinya meledak dengan pesan khawatir kelompoknya. Baik di group maupun pribadi. Intan mengirim banyak sekali sticker dan emoji menangis.

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang