Chapter 24

442 91 3
                                    

<Apa rencananya, Rei?!>

<Percayalah, aku juga sedang memikirkan itu!>

Reina terus bergerak. Berpindah dari balik pohon ke pohon. Merasakan energi kutukan Gayatri tidak jauh dari belakangnya.

Ini sama saja seperti main kucing-kucingan. Tidak akan membuahkan apapun.

<Strategi yang baik dimulai dari mengenali lawanmu—>

Gigi Reina menggertak. Dia harus terus mengelak. Setidaknya sampai ada ide barang sedikit.

Memorinya berputar. Berusaha menganalisa musuh dari pertemuan sebelumnya.

Gayatri petarung jarak jauh.

Terlihat dari gaya serangnya.

Namun, dia punya batas jarak tertentu.

Mengingat di mengejarku.

Musiknya bisa mengontrol orang.

Tapi aku kebal. Entah kenapa.

Itadori juga. Apa persamaan kami?

"Wadah!" bisik Reina dibalik napas yang menderu.

<Benar sekali. Sepertinya, dia mempengaruhi jiwa individu.>

<Karena wadah secara teknis berisi dua jiwa, jadi kita tidak terpe—>

Krtt krttek krrt

Reina terhenti.

Terdengar suara derak dari kejauhan. Seperti kerikil yang terlindas di jalan.

Suaranya semakin keras.

Semakin dekat.

Reina merutuk. Tangan segera meraih rangting terendah pohon. Menarik tubuh ke atas. Mulai memanjat. Berhenti di salah satu dahan yang kokoh.

Dari balik dedaunan, dia melihat sesuatu.

Makhluk itu terseok. Bergerak dengan kaki rapuh. Tulang belulangnya putih pucat. Keropos di beberapa bagian. Sedikit daging masih menempel.

Suara derak tadi keluar dari tulang belulang yang saling beradu. Tergesek satu sama lain.

Tengkorak.

<Benar, dia juga bisa melakukan itu...>

<Apa hanya satu?>

Sang gadis berdiri di dahan. Tangan menyeimbangkan tubuh di batang pohon. Dengan daun menutupi, dia tidak bisa melihat jauh.

Tetapi, dia bisa merasakan.

Energi kutukan ada dimana-mana. Memenuhi Penghalang itu. Seperti ruang pengap tanpa ventilasi. Namun, semuanya natural. Familiar. Seperti milik Reina sendiri. Atau milik Resi.

Berbeda dengan makhluk di bawahnya ini.

Rasanya seperti mengindera titik api di tengah Antartik. Energi Gayatri terasa asing. Mencakar udara dengan brutal. Sementara yang lain menyesap stasis.

Begitu juga dengan tengkorak buatannya.

Reina bisa membaca energi mereka. Ya, tidak hanya satu. Tersebar. Bagai titik-titik panas di tengah hutan. Berpindah dengan pelan. Sesekali, titik baru bermunculan.

"Lebih dari satu—" bisik sang gadis. "Mereka dipencar untuk melacak."

Tapi, struktur energi mereka agak... berbeda, pikir Reina.

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant