Chapter 32

212 25 5
                                    

!!!HARAP DIBACA!!!

Chapter ini tidak akurat secara historis. Tempat, peristiwa, dan orang yang disebut hanya fiksi yang dibuat untuk fanfiction ini.

*

*

*

*

Resi's Interlude

Part 2

*

*

*

*

1915

Ternyata senjata bukan satu-satunya aspek perang yang dapat Ren kuasai.

Masuk akal, mengingat perang bukan hanya soal asal todong dengan pisau atau senapan. Namun juga tentang puluhan hal lain seperti informasi, strategi, relasi, komunikasi dan-

Transportasi.

Ren sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Tidak sadar bagaimana caranya.

Namun, dalam sedetik, dia sudah tidak ada di kasur penginapan.

Hal yang terakhir dia ingat hanya merasa bosan. Ruangan kecil pengap tempat dia bermalam tidak membantu rasa terkukung yang mencekiknya. Mata terpaku pada langit-langit bobrok kamarnya itu.

Lalu, dia berkedip.

Langit-langit penginapan berubah menjadi langit biru.

Ren tersentak. Kakinya langsung melangkah mencari keseimbangan. Pandangan teredar ke sekitar. Dia sudah tidak ada di dalam ruangan. Melainkan sebuah gang kecil diantara dua bangunan batu bata.

Sejak kapan dia berpindah keluar?

Dari sana, Ren mengintip keluar. Puluhan orang hilir mudik di jalan yang ramai.

Setelah diperhatikan lagi, tidak satupun terlihat seperti orang Jepang.

Lekuk wajah mereka berbeda, begitu juga dengan warna kulit, rambut, dan mata. Si Kutukan jelas jarang melihat mata biru safir dan rambut sewarna jerami secara langsung sebelumnya.

Kalimat yang meluncur dari mulut mereka juga tidak lazim. Rai berusaha menyimak, namun dia hanya bisa menangkap dialek asing.

Para perempuan menggunakan gaun bersiluet ramping dan menenteng parasol. Topi bertengger di atas kepala menghalau mentari yang terik. Sementara laki-lakinya banyak memakai jas. Mata Rai memicing. Tidak satupun terlihat memakai kimono.

Barulah Ren tersadar.

"Barat," gumamnya pelan. "Aku di barat."

Langkahnya tersentak mundur. Ini tidak baik. Dia harus menjari cara untuk kembali ke—

Mata mengerjap.

Dia sudah ada di kasur penginapannya lagi.

Dengan limbung, Ren mengusap kepala yang terasa berat. Gejolak energi menggeliat dalam dirinya. Menggulung dan meninggi, seakan puas. Bibir Ren melepas desahan.

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Where stories live. Discover now