Chapter 9

1.3K 273 28
                                    

Masih banyak hal yang harus diurus di Indonesia.

Akan tetapi—dengan bantuan relasi Kakek Buyut tersayang di Dunia Jujutsu—semuanya selesai dengan cepat.

Terlalu cepat, kalau menurut Reina.

Cover story yang mereka pakai adalah beasiswa ke Jepang. Dan secara teknis, itu tidak bisa dihitung kebohongan juga. Toh, Reina masuk ke SMK Jujutsu juga untuk belajar.

Belajar membasmi kutukan, maksudnya.

Reina tidak yakin harus merasakan apa. Ada perasaan senang dan sedih bercampur dalam benak.

Di satu sisi, dia ingin memperluas pengetahuannya. Ingin tahu lebih banyak cerita garis keturunan dari Kakek Buyutnya. Akan tetapi, di sisi lain—

Meninggalkan tanah kelahirannya tentu agak memilukan.

Dan sepertinya, bukan hanya Reina yang sedang dalam dilema sedih-senang itu.

***

"Pak, diminum dulu kopinya."

"Ah, terima kasih."

Sudah malam. Akan tetapi sepasang suami istri itu belum tidur. Memang tidak terucap, namun mereka tahu alasannya kenapa.

Mereka masih memikirkan Reina—putri semata wayang mereka—yang akan segera pergi ke Jepang.

Ratna duduk disamping suaminya. Adimas sedang membaca koran. Akan tetapi, Ratna tahu pria itu sedang tidak fokus ke koran. Dilihat dari wajahnya, dia jelas sedang melamun.

"Masih memikirkan Reina?"

"Iya." Adimas mendesah. Akhirnya melipat koran dan menaruhnya di meja tamu.

"Anak kita sudah besar, ya?"

Ratna mengangguk. Ada senyum tipis di bibirnya. "Iya, rasanya cepat sekali."

Sang suami mendesah sekali lagi. Napasnya berat dan panjang. Dia menengadah untuk menatap langit-langit putih ruang tamu.

"Bagaimana ya, Bu. Bapak agak khawatir," bisik Adimas. "Jepang itu... jauh."

"Aku takut kalau Reina kenapa kenapa."

Telapak tangan lembut Ratna mengelus punggung tangan yang Adimas yang tergenggam. Pria itu menoleh ke sang istri yang tersenyum.

"Bapak bilang sendiri, kan? Putri kita sudah besar," bisiknya. "Dia bukan anak kecil sakit-sakitan seperti dulu."

"Ya, tapi—"

"Percaya pada Reina, Pak," sela Ratna. Tangannya menggenggam tangan Adimas dengan menenangkan.

"Putri kita itu kuat. Lagipula, Kakek akan ada bersamanya."

Kedua pasangan itu saling tatap sejenak. Sampai akhirnya keduanya terkekeh kecil bersamaan.

"Kau benar," bisik Adimas. Mengelus rambut hitam sang istri. "Mereka pasti baik-baik saja."

"Aku sebenarnya masih agak terkejut," ucap Ratna.

"Kakek dari dulu tidak mau mengatakan apapun soal Jepang atau keluarganya dari sana." Wanita itu bergumam. "Sekarang tiba-tiba dia mau kembali untuk, uh—"

"Untuk...?"

"Kalau dalam bahasa Kakek, 'Untuk menghadapi masa laluku'."

Hening sejenak. Adimas mendengus.

"Kakekmu terlalu dramatis."

Keduanya terkikik. Memang benar. Dari dulu, Ismawan kadang berbicara dengan begitu teatrikal.

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang