Chapter 16

802 150 7
                                    

Reina dan Nanami berkumpul bersama Itadori dan Ijichi dalam salah satu safehouse Penyihir Jujutsu yang ada di Kota Kawasaki.

Sang gadis duduk dengan teman sekelasnya dan si asisten direktur di ruang yang mirip tempat konferensi. Walaupun tidak rapi. Banyak bangku panjang berserak. Begitu juga papan tulis di tembok.

Sementara Nanami sendiri berdiri di depan mereka. Peta Kota Kawasaki terbentang di sampingnya. Ada beberapa tempat yang ditandai dengan titik merah.

Pria berambut kuning itu baru saja selesai menjelaskan duduk perkara peristiwa itu kepada Reina. Yang notabene memang tidak mengikuti penyelidikan itu dari awal.

"Jadi...," gumam si gadis. Tangan mengelus dahu. "Pelaku memiliki kemampuan mengubah manusia menjadi—monster?"

"Benar sekali."

"Apa kita tahu lewat perantara apa?" tanya Reina lagi. "Indera, mungkin? Penglihatan? Bau? Sentuhan? Atau—"

Gadis berambut hitam itu menelan ludah.

"Suara? Pendengaran?"

Nanami diam sejenak. Tangan terlipat di dada. Sebelum menggeleng kepala.

"Itu poin yang bagus, Reina. Tapi kita belum mengetahuinya. Kita belum melihat prosesnya secara langsung."

"Oh...," bisik gadis itu pelan. Bahunya agak melorot kecewa. Itadori yang duduk di sebelah menepuk pundaknya pelan.

"Reina memperhatikan sampai sebegitunya, ya?" komentar anak itu. Dia tersenyum lebar.

"Eh? Iya." Yang disebut menggaruk kepala. Dia berdehum kecil.

"Resi selalu bilang, strategi yang baik dalam perang bisa dibuat jika kau tahu kemampuan musuh," jelasnya.

Itadori mengangguk-angguk. Sudut bibir Reina terangkat. Dia bisa merasakan getar kecil di ikatannya dengan Resi. Bahkan tanpa bahasa verbal, Reina tahu kutukan itu bangga padanya.

"Aku lanjutkan," ucap Nanami setelah kedua anak kembali melihat ke depan.

"Dilihat dari pola residu penggunaan sihir kutukan dan kasus kematian tak wajar serta orang hilang—" Nanami memberi gestur ke peta di papan tulis.

"Kita bisa menemukan lokasi pelakunya."

"Yosh!"

Itadori mengepalkan tangan. Sementara Reina terlonjak disampingnya. Gadis itu bisa melihat determinasi di mata kuning sang teman.

"Kita tinggal pergi ke sana, kan?!"

"Tidak."

Suara Nanami tenang. Tidak berubah sedikitpun. Namun itu cukup untuk membuat Itadori dan Reina terkejut. Mereka saling bertukar pandang bingung. Penyihir Jujutsu yang lebih tua mendesah.

"Masih ada sedikit keraguan. Jadi aku akan melanjutkan investigasiku," jelasnya. "Kau dan Reina punya tugas lain, Itadori-kun."

Dua kepala langsung menegak. Siap menyimak dengan baik.

"Anak yang ada di teater, Yoshino Junpei, dia satu sekolah dengan para korban," ucap Nanami. Dia membenarkan kacamatanya.

"Dari penampilannya, kurasa dia adalah spesialis kutukan."

"Spesialis kutukan?" Itadori membeo. Nanami menaruh satu tangan di pinggang.

"Penyihir Jujutsu yang jahat, tepatnya."

Reina berjengit kecil. Pandangan si pria rambut pirang langsung mengarah padanya.

"Yeah, aku sempat merasakan energi kutukan darinya," gumam si gadis. "Tapi—entahlah. Interaksi kami baik sejauh ini."

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Where stories live. Discover now