Local Shaman (A JJK Fanfiction)

Chapter 31

*

*

*

*

Resi's Interlude

Part I

*

*

*

*

Dia lahir tanpa nama

Tanpa julukan, tanpa gelar

Akan tetapi—

Satu hal yang dia tahu pasti—

Dia adalah kutukan yang lahir dari peperangan

*

*

*

Ketika dua netra merah menjeblak terbuka, hal yang pertama kali dilihat Si Kutukan adalah langit. Langit cerah, tetapi dihias asap membumbung tinggi.

Kemudian dia menunduk ke bawah.

Yang menyambutnya adalah mayat seorang prajurit.

Mata kosong menatap balik. Hitam tanpa nyawa. Mulut berdarah. Gigi tercoreng merah. Ternganga. Dengan lalat berterbangan mengerubungi. Menjejaki kulit dan zirah perang yang terkoyak.

Si Kutukan berdehum.

Lalu melangkah.

Lebih banyak mayat meramaikan tanah itu. Warna merah menyesap ke lumpur dan batu. Si Kutukan tetap melangkah. Tidak terusik dengan darah maupun pembantaian yang tersuguh di depannya.

Toh, dia ada karena pembantaian itu.

Semakin jauh dia berjalan, semakin sedikit mayat. Seperti menjauhi episenter gempa meredam getarannya. Kimono yang dia kenakan terseret diantara tubuh tanpa nyawa. Begitu juga dengan rambut hitam panjang. Angin sesekali mengibar keduanya.

Tak jauh, dia mendengar suara rintihan.

Ada yang selamat.

Entah karena penasaran, Si Kutukan berganti arah. Langkah ringan diatas tanah terjal. Dia melongok dari atas sebuah parit.

Bersandar pada kawannya yang sudah tewas, seorang prajurit menangis.

Tangan memegangi perut yang berdarah. Anak panah patah masih tertancap di sana. Napas prajurit itu memburu.

"Jika kau mencabutnya, darahmu akan habis lebih cepat," celetuk Si Kutukan.

Tersentak, sang prajurit mengangkat kepala. Bayangan Si Kutukan sejenak menaungi wajahnya. Rambut hitam terkibas bagai kanopi bulu gagak. Mata merah berkilat netral.

Dan sang prajurit kembali merintih.

"T-tolong..."

"Tidak bisa." Si Kutukan menjawab datar. Dia melompat ke dalam parit. Lalu berdiri di depan pria yang sekarat itu. Membungkukkan agar mata mereka sejajar.