Chapter 14

965 170 20
                                    

CLANG!

Bunyi denting keras mengisi udara ketika bilah keris menepis jarum.

Yuko melirik senjatanya yang sekarang tergeletak di tanah. Sebelum melempar senyum dan lirikan geli ke Reina yang hanya meringis.

"Reina-sama, kupikir kau ingin mencoba menggunakan Pemurnian?"

Gadis yang disebut menggaruk kepala dan terkekeh. "Maaf, itu tadi refleks."

Kemudian dia berdehum sejenak. Kepala ditengadahkan ke langit-langit ruang latihan selagi kakinya mematut lantai kayu. Tangan menggosok dagu.

"Lagipula—kupikir Teknik Pemurnian tidak berkerja seperti itu."

Dua gadis itu sedang berada di salah satu—dari sekian banyak—properti Kamiya. Yaitu sebuah rumah yang biasa digunakan keluarga Kamiya sebagai safe house atau tempat latihan di Kota Kawasaki.

Jadi, disinilah mereka. Berusaha mencari cara mengembangkan kemampuan Reina yang tidak menampakkan rupanya. Sementara Chiasa dan Ismawan pergi mengurus kepentingan lain yang masih berhubungan dengan Klan Kamiya. Setelah menapakkan kaki kembali ke Jepang, sepertinya Kakek Buyut Reina itu tidak bisa berhenti untuk sekedar menarik napas.

Itulah yang kau dapat jika kabur dari keluargamu selama bertahun-tahun.

Reina mengambil jurnal tua di dalam tasnya. Sebelum duduk bersila di lantai dan mulai membuka lembaran buku itu. Yuko ikut duduk. Mengintip isi halaman dengan penasaran.

Jari telunjuk Reina menuding tulisan di buku yang agak buram.

"Ini dia!"

《》《》《》

Pemurnian membutuhkan energi negatif yang stabil. Tidak berlebih dan tidak kurang. Harus seimbang. Hampir semua tetua di Klan Kamiya mewanti-wanti agar emosi kami selalu terkontrol.

Selain itu, Pemurnian hanya bisa disalurkan melalui sentuhan. Jadi, mau tidak mau untuk membunuh suatu kutukan, kita harus cukup dekat untuk melakukan kontak langsung dengan mereka.

《》《》《》

"Ah..." gumam Yuko. "Itu menjelaskan sesuatu."

Reina mengangguk-angguk. "Kupikir melempariku dengan jarum terkutuk tidak akan membuahkan hasil apapun, huh?"

"Yeah."

"Sepertinya latihan dasar paling baik adalah dengan kotak hitam dari Rumah utama."

"...Yeah."

Gadis yang berambut hitam mendesah kecil. Kepala tengadah menghadap ke langit-langit ruang latihan. "Yah, mungkin aku harus memakai Pemanggilan Arsenal saja..."

"Ayolah, Reina-sama!" Yuko menepuk punggungnya. Senyum penuh semangat terpasang di bibir. "Jangan menyerah dulu!"

Lekuk di bibirnya berubah menjadi sedikit jahil.

"Lagipula, kau tidak mau Teknik Pemurnian mati bersama Ismawan-sama, kan?"

"Haaah, tau Kakek Buyut, dia masih akan hidup lama. Aku tidak yakin dia manusia."

Kedua perempuan muda itu saling pandang sejenak. Sebelum tertawa bersamaan. Sampai Reina berhasil berbisik di sela kekehannya.

"Jangan bilang Kakek Buyut aku berkata seperti itu."

"Hanya jika kau tidak bilang aku berkata seperti itu."

Mereka terkikik lagi. Akhirnya, setelah tawa reda, Yuko berdiri dan menepuk debu dari pangkuannya.

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Where stories live. Discover now