Chapter 17

616 137 4
                                    

Pembicaraan mereka berlanjut sampai matahari sudah tinggal separuh di horizon. Walaupun Reina lebih banyak menyimak daripada bicara. Mereka menonton film yang asing baginya. Jadi dia hanya sesekali memberi komentar dan pendapat.

"Apa kau juga suka film, Itadori-kun?" tanya Junpei.

"Karena suatu hal, aku jadi sering menonton film sekarang," jelas Itadori. Dia menunjuk ke anak di sebelahnya. "Kadang Reina membantu memilih yang bagus."

Gadis yang disebut meringis. Lalu mengangguk.

"Tapi aku jarang menontonnya di bioskop," tambah Itadori.

"Sungguh? Tetapi menonton film yang menarik di bioskop itu sangat menyenangkan, kau tahu," kata Junpei dengan senyum ceria. "Tapi, kaset memang berguna juga."

Reina mengangguk. "Beberapa film memang cocok ditonton di bioskop," imbuhnya setuju. "Di Indonesia, aku dan teman-temanku sering pergi di hari libur."

"Hmm, kalau begitu—" gumam Itadori. "Kalau ada film yang kau rekomendasikan, ayo pergi bersama!"

Junpei tersentak mendengar itu. Sementara Reina menepukkan tangan dengan antusias. Dia juga sudah lama tidak menonton film di bioskop.

"Ah, benar!"

Itadori merogoh sakunya. Mengeluarkan ponsel dan mengulurkannya ke Junpei. "Ini, masukkan nomor kontakmu."

"Oh! Aku juga!" ucap Reina. Turut mencari ponselnya ketika—

"Hmm? Junpei!"

Sebuah suara baru terdengar dari belakang mereka. Ketiga anak menoleh. Tampak seorang wanita berdiri di atas tangga beton.

"Okaa-san!" ucap Junpei sembari berdiri.

"Tidak biasanya kau ada di sini," ucap si wanita—Ibu Junpei—sembari melirik dari Itadori ke Reina. "Mereka temanmu?"

"Kita baru bertemu! Tapi kupikir kita bisa jadi teman!" seru Itadori sembari mengangkat tangan. Nadanya riang.

Reina tersenyum. Sebelum beralih mengamati perempuan itu. Si wanita memiliki rambut hitam sebahu bergelombang. Mengenakan baju ungu gelap. Satu tangan menenteng tas plastik belanjaan. Tangan yang lain menjepit rokok di sela-sela jarinya.

"Sungguh?" ucap Ibu Junpei sembari menuruni tangga. "Aku harap kalian bisa akrab kalau begitu!"

Itadori dan Reina berdiri ketika si wanita sudah dekat. Dia tersenyum manis. "Siapa nama teman-temanmu ini?"

"Itadori Yuuji!" ucap yang berambut pink. "Bu, daun bawang itu tidak cocok untukmu!" tambahnya.

"Kau menyadarinya? Haha, aku berusaha menjadi wanita yang tidak cocok membawa daun bawang!"

Junpei mendesah. "Kalian ini bicara apa?"

Ibunya hanya memberikan senyuman geli. Sebelum netra hitam beralih ke Reina.

"Dan yang ini?"

"Ah!" Junpei tersentak. "Dia teman yang kuceritakan. Yang bertemu di toko kaset. Reina—uh—?"

"Reina Pratama Wulandari," sahut si gadis. Tubuh membungkuk sedikit. "Salam kenal."

"Oh? Kau yang mentraktir Junpei, ya? Salam kenal juga—"

Kata-katanya terputus ketika anak laki-laki berambut hitam yang disebut menarik paksa rokok dari tangan sang Ibu. Lalu membuangnya ke tanah.

"Sudah kubilang untuk berhenti merokok, kan?" desah Junpei.

"Baik, baik," ucap Ibu Junpei sembari meletakkan tangan di pinggang. Sebelum kembali fokus pada dua murid SMK Jujutsu dan tersenyum lebar.

"Yuuji-kun, Reina-chan, bagaimana kalau kalian makan malam bersama kami?"

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Where stories live. Discover now