The Best Heartbreak

2.6K 391 50
                                    

temen2 glasschild tunjukin senyumannya dulu sebelum baca ya! also, ada notes dipaling bawah, jangan lupa dibaca :d


***

it was dark and i hate myself even more.


DALAM keremangan cahaya sebab lampu kamar dibiarkan mati sejak pagi hari, ruangan yang tak begitu besar di sana terasa mencekam juga seperti dipenuhi bayang-bayang iblis jahat.

Ah. Rasanya begini ya. Menyedihkan sekali dirinya. Padahal, Seulhee sudah mencoba dengan keras, 'kan? Bukankah dirinya sudah meminta maaf banyak-banyak jika di masa yang lalu, ia membuat puluhan masalah dan ribuan dosa? Bukankah ia sudah bersumpah untuk menjadi lebih baik lagi? Bukankah Seulhee sudah merelakan segalanya dan sekarang ingin fokus terhadap rumah tangganya saja? Bukankah seharusnya itu cukup?

Lantas mengapa?

Mengapa tak cukup adil baginya untuk harus merasakan perasaan sakit semacam ini lagi?

Bagian scene mana yang harus ia perbaiki?

Di sana, Seulhee lantas menatap dinding kamar dengan pandangan kosong tak berarti. Ia sudah menghubungi ibunya dan berbicara tentang semuanya. Meminta ibunya datang dan membawanya pergi sejauh mungkin. Seulhee juga tahu bahwa Jungkook, sang suami, tak beranjak sedikit pun dari depan pintu kamarnya sejak kemarin.

Mereka hancurㅡpecah, amburadul.

"Pantas saja... pantas saja kau memperlakukanku begini konyol beberapa hari belakangan." Ada kegelapan bersarang di dalam kepala Seulhee selama beberapa hari belakangan, ralat, faktanya kegelapan itu selalu menyertai kehidupannya. Suaranya serak, lidahnya terasa pahit. "Kau menjauhi aku. Kau berlagak seperti seorang pecundang yang lari dari masalahmu sendiri kemudian mencari seribu cara untuk menutupi kebusukanmu. Berakting seolah-olah tidak ada yang salah dengan kita." Seulhee menahan hatinya yang begitu terasa panas. Kinerja otaknya tiba-tiba saja seperti mati. Isi kepalanya seperti di siram oleh air garam. "Kau membuatku menyalahi diri sendiri karena pikirku, aku melakukan kesalahan fatal lagi. Pikirku, aku membuatmu berubah. Pikirku, ada yang harus kuperbaiki sehingga kau tidak menjauh lagi."

"Aku menghukum diriku sendiri untuk hal itu, Jungkook. Kau membuat semua orang berpikir sejak awal aku adalah sumber masalah karena mereka berpikir aku yang bermain-main dengan hubungan pernikahan kita. Aku selalu nampak jahat dan tolol. Aku selalu dilihat sebagai seseorang yang hanya menjadikanmu tumbal. Aku selalu diberi tatapan bengis tak berharga, tatapan rendah dan remeh. Mereka berteriak tepat di telingaku karena kesedihanmu atas aku yang kesulitan membuka hati. Aku selalu dituduh mencampakanmu padahal rasa sakit atas kehilangan Jungwoo bukan kemauanku. Nyeri dan ngilu yang menggerogoti hatiku waktu itu datangnya bukan atas permintaanku. Aku bahkan tidak pernah meminta sekali pun pada Tuhan untuk jadi menyedihkan seperti itu. Tidak pernah sekali pun, Jungkook."

Seulhee tertawa pelan. Tenggorokannya kering, matanya kembali memanas. Menarik lebih keras rambutnya dengan kedua tangan hingga ia pikir, rambutnya bisa saja rontok hanya dengan sekali tarikan. "Kau dan Ibumu menghukumku atas kematian Jungwoo? Wah, Konyol sekali. Kalian benar-benar sesuatu."

Isakan Jungkook semakin terdengar di luar sana. Pria tersebut bahkan masih mengenakan pakaiannya dua hari lalu. Sama seperti Seulhee, ia tidak menyentuh makan atau minum.

"Bagiku, dunia terlihat semakin kejam dan menjijikan sebab kehidupan besar ini melindungi orang-orang jahat sepertimu, Ibumu, dan siapa saja yang mengetahui hal ini, tetapi hanya diam. Menonton bagaimana bodohnya hidup seorang Ryu Seulhee tengah berjalan." Napasnya semakin terdengar kacau. Tiba-tiba saja teringat tentang bagaimana sepasang iris rusa cerah milik Jungkook menatapnya penuh akan kehangatan, rasa cinta tulus yang sering kali dia tunjukkan, membuat raganya seperti luluh lantak akan kebahagiaan yang kerap diberikanㅡbagaimana semuanya itu hanya berisi dusta? "Aku mencintaimu dalam rasa sakit. Kau tahu tidak?"

ShatterableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang