It Was My Fault

3K 523 49
                                    

udah ada hilal baikan, nih. plis lah jangan suudzon mulu sama aku? sksk! orang ceritanya juga gak sedih2 bgt, ini fluff beneran:)

also, im sorry buat semuanya karena selalu gak maksimal dalam hal update dan nulis.

be happy:)

'he could make her
entire world light up
by just kissing her
on her forehead.'

*

Untuk beberapa alasan yang mengabur; hati Jungkook sakit. Teramat sangat sakit bahkan kesakitan itu semakin meremukan relung hatinya ketika obsidian lugu tersebut menemukan sang istri, jatuh merosot di sana. Kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya serta getaran dan samar-samar isakan yang teredam, Jungkook merasa bahwa dirinya berengsek.

"Kau tahu, Jungkook. It will kill her kalau kau sampai benar-benar menyakitinya sebagaimana keinginanmu detik ini untuk pergi dari hidup Seulhee." Ucapan Seokjin begitu rendah dan penuh kehati-hatian. "Ini tidak terlihat seperti Seulhee tidak berusaha. Sejak awal gadis itu sudah berduka atas kematian kakakmu. Beberapa hari pertama setelah kakakmu pergi, kau lihat sosok sahabat yang kau sayangi itu semakin kurus? Terus menerus mengurung diri di kamar, tak benar-benar menyukai siapa pun, bahkan dia membenci dirinya sendiri! Seulhee sudah melewati neraka bahkan sebelum menyentuh kematiannya! Some part of her are dies, buka matamu dan sadari itu! Kau berjuang untuk apa, memang? Untuk membuatnya menyakiti diri sendiri dan memaksakan perasaan untukmu, atau membantunya kembali seperti Seulhee yang kau kenal, dulu? Kenapa tiba-tiba kau menjadi egois begini? Why couldn't you see things in a bigger picture?!"

Seluruh untai kata yang Seokjin beberkan hari itu kembali terngiang di rungunya, memukul kuat-kuat dan semakin menyadarkan Jungkook bahwa ini salah.

Yang ia lakukan salah.

Kenapa menumpahkan semuanya pada Seulhee padahal gadis ini tak bersalah? Kenapa seakan Jungkook tengah menghukum Seulhee sedangkan, jauh di sana, di depan sana, ada sebuah kesalahan besar yang ia lakukan. Hanya perlu waktu untuk bom bunuh diri itu meledak, barangkali keadaannya akan berbalik. Seulhee yang akan memakinya.

"Hentikan tangisanmu."

Suara Jungkook mengintrupsi rendah, terdengar dingin namun begitu lirih sehingga Seulhee tak benar-benar menurut. Hanya semakin terisak dengan tubuh bergetar. Kepalanya semakin terasa berat.

Jungkook sendiri merasa semakin bodoh sebab tangisan itu adalah ulahnya. "Kubilang berhenti menangis." Meski terlihat kejam, Jungkook justru meletakkan begitu banyak kekhawatiran dalam ucapannya.

Hanya saja tujuh detik setelah kalimat terakhirnya terucap, kini Seulhee bisa merasakan dua lengan hangat memeluk tubuhnya erat, benar-benar erat sampai tubuh ringkih yang semula menggigil tersebut, kini menemukan sebuah kehangatan tiada tara.

ShatterableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang