Noticeable Change

2.6K 432 81
                                    

karena aku lagi seneng, aku update :p anggap aja aku bagi2 kebahagiaan ya. tapi ada rules nya. chapter ini, glasschild wajib ketawa bacanyai sampai abis. ngga boleh pout bibir.

challenge accept ya? wkwk


**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**


"Kau, menyedihkan."

Jungkook menengadahkan kepalanya ke atas, menatap getir pada lampu ruangan yang masih menyala terang meski malam telah merangkak naik, nyaris menyentuh pagi, sebetulnya.

Pukul dua dini hari, Jungkook memutuskan berkunjung ke kediaman Seokjin entah untuk alasan apa. Hanya menekan bel, menyelonong masuk dan tak terlalu peduli tentang bagaimana Seokjin yang menggeram, menahan kantuk, kemudian nyaris mengirimkan sebuah tinju kalau-kalau pria itu tak ingat sedekat apa ia dengan keluarga Jeon.

Jungkook tak berniat pulang.

Sudah seminggu lamanya.

Berengsek?

Tentu saja. Katakan Jungkook berengsek, maka Jungkook tak akan mengelak. Gelar kotor itu memang pantas untuknya.

"Kau berengsek." Kim Seokjin berceloteh lagi. Beberapa saat lalu, Jungkook memutuskan untuk mengatakan segalanya, sampai pada rahasia terbusuknya, Jungkook mengatakan itu. Dan tentu saja, apa yang diharapkan, memang? Belas kasih? Oh, tentu jangan bermimpi. Seokjin masih cukup waras untuk membunuh Jungkook (jika ia ingin), karena sudah berani mempermainkan Seulhee padahal, ia percaya sepenuh hati padanya. Menyuruh wanita tersebut untuk bertahan sedikit lebih lama, tetapi sekarang? Sial.

Jika pada akhirnya Seulhee akan tersakiti, dan sudah dipastikan ia akan sakit, Seokjin jelas memiliki andil dalam rasa sakit tersebut.

Seokjin terkekeh. Memandang Jungkook dengan tatapan terendah-nya. "Bedebah idiot, kotor, kau berengsek." Seokjin menahan amarahnya, ia tahu, ia berlebihan, tapi biarlah. Biarlah ia membuat Jungkook sadar bahwa apa yang ia lakukan benar-benar kacau. "Kau tidak pantas bahagia, Jungkook, kau dengar aku? Kau, kotor, Jungkook."

Jungkook menunduk kemudian. Sepasang irisnya berkabut, dadanya sesak, kepalanya pusing, selama beberapa hari terakhir ia tak bisa tidur dengan nyenyak. "Yes, i am."

"An asshole, whore, you're a piece of shit, aren't you?"

Jungkook mengangguk. "Maaf."

Seokjin melempar remot gorden tepat ke dada Jungkook hingga bunyi debuman pada dadanya terdengar cukup jelas. "Katakan maaf padanya, bodoh, bukan padaku."

"Sekarang kau pulang."

Jungkook tercekat. Akal sehatnya nyaris membias seperti aliran hujan yang merembes ke tanah. "Aku... aku takut."

ShatterableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang