Tried

2.4K 372 32
                                    

ciye banyak pembaca baru nih shatterable :p meski ngga pernah stay di akun ini, selepas post new chapter aku selalu logoff. tapi notif komen/pesan biasanya masuk ke e-mail, jadi setiap hari aku selalu tau ada new comment and it's made my day. makasih ya temen2 yang baru join di cerita ini! harus sabar2 sama aku :d

anw sesuai janji. special chapter aku post di privatter nanti malem ya :d here's the sneek peak! 

pls liat lagi ya warningnya! 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


chapter ini bonus doang yang harusnya aku masukin di chapter sebelum2nya. jadi ngga ada sangkut pautnya sama chapter ini, ya!! (post di atas bakal aku apus 2x24jam) supaya ngga nyampah. 



***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


KETIKA sepasang netranya mengerjap setelah di rasa tak ada lagi ujaran yang terlontar, hati Jungkook mendadak seperti teriris dan di guyur oleh air garam.

Perih. Sakit.

Jeon Jungkook tidak tuli, tentu saja. Beberapa waktu lalu adalah hal paling luar biasa yang pernah ia dengar, sepanjang hidupnya. Bahkan rasanya sebagian tubuhnya terasa kaku meski pikiran irasionalnya memberontak begitu parah. Ingin sekali dirinya menyudahi sandiwara ini dan meminta maaf pada Seulhee sebab telah dengan berengsek sengaja mengabaikannya.

Istrinya hamil.

Dadanya mendadak bergemuruh ketika mengingat deretan kalimat itu. Senang, senang sekali. Jungkook betulan ingin memeluknya dan memperhatikannya lebih banyak, ingin mengurus Seulhee dengan benar, ingin memberikannya banyak cinta hingga wanita tersebut kewalahan menerima cintanya.

Akan tetapi, sekon selanjutnya tatkala wajah sang ibu kembali menghampiri, menari-nari tepat di depan wajahnya, menggelanjut begitu jahat ke dalam pikirannya, Jeongguk tercekat, tak bisa bergerak. Dirinya harus memilih tentang siapa yang lebih baik menyelesaikannya lebih dulu. Dia, atau ibunya?

Tetapi harusnya sudah tidak apa-apa, bukan? Seulhee sudah mengandung anaknya. Lalu dimana masalahnya? Kenapa Jungkook merasa ini tetap salah? Kenapa Jungkook tak bisa menemukan solusi untuk dirinya sendiri? Kenapa...?


***


"Ingin sarapan sebelum berangkat?"

Itu adalah kalimat pertama yang Seulhee suarakan ketika dirinya selesai mandi dan tengah bersiap untuk berangkat ke kantor. Merapihkan sisi kerahnya sebelum melihat sang istri mematikan jarak di antara mereka dan berujar begitu hangat dan penuh cinta, "sini kubantu memakai dasinya," katanya dibarengi dengan seulas senyum menawan.

Cara Seulhee menatapnya, menawarkan bantuan, tuturnya yang begitu tenang meski mereka tengah dilanda sebuah 'kerenggangan' yang membuat muak. Jungkook benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa. Sebab jika dialah yang berada di posisi Seulhee detik ini, percayalah, Jungkook akan merasa seperti tengah dibunuh oleh perasaan overthinking-nya. Jungkook tidak akan bisa bersikap baik-baik saja bahkan setelah apa yang dirinya perbuat. Tetapi lihat saja. Seulhee masih sanggup memberikannya kebaikan yang belum tentu orang lain dapat melakukan hal serupa.

Namun, demi Tuhan, Jungkook sungguhan tengah mencoba untuk memperbaiki semuanya. Paling tidak hal pertama yang akan ia lakukan untuk sekarang ini adalah menemui ibunya dan mengatakan pada sang ibu bahwa Seulhee, hamil. Bahwa Jungkook tidak perlu bercerai dengannya. Bahwa Jungkook akan mempertahankan hubungan mereka. Bahwa Jungkook akan mencintai Seulhee sampai pada kematiannya tidak peduli dengan bagaimana ibunya akan bertindak, nanti.

"Hei?" sesaat setelah rampung, Seulhee menepuk dua kali pipi Jungkook hingga mengembalikan kesadaran pria tersebut seutuhnya. Membuat Jungkook mengerjap lucu sebelum menggeleng-geleng.

Ada waktu yang senyap ketika keduanya bersitatap. Saling menyelami netra masing-masing untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka. Mengapa semua mendadak menjadi begini membingungkan.

"Ya?"

"Kau melamun." Seulhee tampak begitu cemas. "Ada masalah?" semakin berusaha membaca sesuatu di matanya.

Tetapi nihil.

Seulhee tak menemukan apa pun.

Jungkook nampak berbeda tetapi pandangannya sangat kosong. Seperti tak memiliki harap pada apa pun.

Jungkook lantas tersenyum dalam pandangannya yang sayu, sedikit terlalu takut untuk menatap Seulhee di matanya. Kemudian mengambil satu langkah mundur dan menggeleng lagi, "tidak. Hanya memikirkan beberapa hal kecil. Bukan hal penting, kok."

Meski ingin sekali menambah ucapan. Seulhee justru mengangguk tak ingin membahas lebih lanjutㅡtidak ingin membuat mereka semakin canggung nantinya, Seulhee memutar tubuhnya, mengambil pakaian kotor Jungkook bekas semalam dan meletakkannya di keranjang cucian. Menggeser sedikit rak yang tak sengaja ia senggol sebelum kembali menatap Jungkook yang terpaku dengan isi kepala yang barangkali dipenuhi sesuatu dan Seulhee masih mengetahui apa itu. "Mau sarapan sebelum berangkat, atau tidak? Tadi aku menanyakan itu."

Sepasang iris Jungkook membulat seperti bocah. "Uh-oh. Tidak, terima kasih. Ada rapat penting pagi ini." Jungkook berusaha membuat nada bicaranya supaya terdengar lebih baik. Tidak ingin istrinya menjadi salah paham. Dia betulan harus pergi lebih awal ke kantor hari ini. "Tapi um, bisa kau tempatkan sarapannya di tuperware? Supaya bisa kumakan saat selesai rapat nanti. Keberatan?"

Dan senyum Seulhee mengembang begitu tinggi. Ia mengangguk dengan hati yang menghangat. Seolah-olah tak ada yang benar-benar terjadi di antara mereka. "Tentu saja bisa, Jungkook. Apa pun yang kau minta, aku bisa melakukannya. Kau suamiku, bukan orang asing." []



##


a/n notes;

sebentar lagi selesai nih temen2 shatterable-nyaa! akhirnya yaa. moreover, i've plan to release after story shatterable. cerita lanjutan(?) lebih tepatnya mungkin gini. dalam bentuk e-book/pdf. sudah setengah jalan, sih. kayaknya bakal kena 20-30k words nantinya. let's see? aku open po di last two chapter shatterable nanti. tutup po saat shatterable kena ke ending(?) supaya pengiriman pdfnya ngga jauh2 banget dari tamatnya cerita ini sekaligus aku mau tutup ceritanya!

harganya ngga akan lebih dari 45.000, yang minat? boleh nabung. tapi kalau kalian baca ending nanti udah cukup puas, ngga ada kewajiban beli ya!!!

btw ini cerita lanjutan ya, jadi pyur baru, fresh. nanti aku screen beberapa scene secara acak dan post di sini! so you can watch yourself ceritanya worth to buy atau ngga :d

judul - after story shatterable; carries remaining pieces to be fixed.

words count - 20-30k

tags - slice of life//hurt-comfort//bit of angst (self-hatred) with happy ending

cw - r-18 implisit sexual content / tension

ShatterableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang