Meet Kanna

3.2K 400 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


cause there is no guarantee,
that's this life is easy.

*


"Kupikir ide Jin hyung tidak buruk juga."

Seulhee menoleh, mulanya menerima segelas air hangat yang Jungkook berikan, meneguk sedikit sebelum memberikannya kembali pada sang suami. "Ide tentang apa?"

Jungkook duduk di sisi ranjang, menelisipkan anak surai Seulhee ke belakang telinga sebelum menahan senyumannya, "itu lho, honeymoon." Jungkook mengatakannya dengan sedikit grogi, entah mengapa tiba-tiba saja merasa demikian. "Menurutmu, bagaimana?"

Seulhee mengangkat sebelah alisnya keheranan, "memangnya tidak apa-apa untuk pemilik perusahaan mengambil libur dalam waktu dekat begini?" suaranya dipenuhi dengan tanda tanya.

"Bisa kuatur, asal kau mau, semuanya bisa sayang." Jungkook kembali tersenyum. Mengusap rahang sang istri, membuatnya nyaman hingga rasanya Seulhee mengantuk.

Pukul sembilan malam, keduanya baru sama-sama sampai rumah setelah selesai dengan urusan kantor dan menyempatkan diri untuk dinner bersama di restoran dekat rumah. Meski sedikit aneh, karena mereka tak pernah benar-benar melakukan aktivitas bersama, Jungkook pikir ini adalah sebuah awalan bagus untuk hubungan keduanya.

Terbangun dengan Seulhee dalam pelukan, disiapkan sarapan sebelum berangkat kerja, makan siang dan malam bersama kemudian bisa kembali ke rumah bersama pun, Jungkook pikir semuanya sudah cukup sempurna maka ia tak akan meminta apa-apa lagi selain kebahagiaan mereka yang ia harap sifatnya untuk waktu yang panjang, bukan sementara seperti angin laut yang hanya berhembus mengenai permukaan kulit sekejap mata dan kemudian hilang bersama dengan segenggam harapan tak kasat mata.

"Memangnya ingin kemana?"

Jungkook berpikir sebentar. Pandangannya mengawang jauh di kedua bola mata Seulhee yang terlihat sejernih langit sore tadi. "Jeju? Busan? Gangwon? Terserah kemana pun kau mau. Keluar negeri juga oke. Paris? Belanda? New Zealand? Kita bisa menyaksikan Aurora di sana berhubung sudah mendekati akhir tahun. Kau bisa memilih, aku yang mengurus semuanya nanti."

Seulhee mendadak tersenyum penuh akan kekaguman juga perasaan meledak-ledak di dalam hati. Entah mengapa hubungan mereka jadi semanis ini. Bukan hanya perasaan senang, tapi jujur saja, ketakutan yang kerap menyapa, mengetuk relung hati pun ada. Tapi Seulhee hanya menyimpannya sendiri dan tak ingin Jungkook merasa buruk.

"Akan kupikirkan nanti, ya?"

"Iya, Sayang." Jungkook mengangguk. Memberi satu dan dua buah kecupan manis di dahi sang istri. Menuntun mereka ke tempat tidur, membagi selimut tebalnya sebelum memeluk erat seperti usual things. Mebiarkan Seulhee menjadikan lengannya sebagai bantal. "Bagaimana harimu, tadi?"

Tangan Seulhee bergerak mengusap dada Jungkook ke atas dan ke bawah. "Tidak ada yang menarik. Hanya beberapa berkas yang perlu kuberikan pada Namjoon sunbae, menyalin sejumlah file yang di kirimkan asisten Yoo, kemudian apa ya? Tidak ada, kupikir."

Jungkook menyunggingkan senyum nakal sebelum berujar tepat di telinga Seulhee, "kalau yang itu, bagaimana?"

"Itu?" gadis tersebut mengernyit. "Itu apa?"

"Ruangan kerjamu. Bagaimana?"

Seulhee mengangguk. "Bagus." Seperti tidak menyadari akan pertanyaan Jungkook yang ambigu.

"Hanya itu?"

"Memangnya apalagi, Jungkook?"

"Bagimu itu sudah pas?"

Seulhee makin dibuat tidak paham. Tangannya menepuk pelan dada sang suami sebelum mendongak, berniat melihat Jungkook di matanya. "Katakan dengan benar, Jungkook. Aku sungguhan tidak mengerti."

"Untuk kegiatan seks kita. Menurutmu semuanya sudah pas?"

Ya ampun. Dasar berandal mesum. Seulhee benar-benar tak habis pikir.

Dan jawaban dari Seulhee untuk Jungkook hanya berupa pukulan keras di pipinya sebelum menyaksikan Seulhee membalikkan tubuh, berpura-pura acuh dan tertidur dalam kondisi memunggunginya. Well, Jungkook terkikik geli dan menarik Seulhee ke dalam pelukan, memeluknya dari belakang dengan posisi spoon. Menggoda sang istri sungguh menyenangkan.



***


"Mencintai istrimu begitu dalam, eh?" wanita tersebut menyesap vodkanya sebelum mengapit sebatang rokok di kedua belah bibir.

Tak di sangka-sangka, ketika ingin menenangkan isi kepala di salah satu bar terbesar di Seoul, Seo Kanna justru kedatangan seseorang yang tak pernah ia duga.

Jeon Jungkook di sini.

Menemuinya di waktu nyaris menyentuh pagi dengan raut wajah tak terbaca, namun tetap tenang. Kanna bahkan hampir terbahak karena meski Jungkook terlihat biasa-biasa saja, ia tahu pria ini takkan mengunjunginya dengan cuma-cuma atau lidah kosong. Jungkook pasti ingin membicarakan sesuatu yang, well, agak sedikit rahasia.

"Yeah? I'd never know you've been thinking that way. Kalau kelihatannya seperti sungguhan mencintainya, well, kau tidak salah. Seulhee istriku dan aku mencintainya."

Kanna mengangguk pongah. Menarik satu sudut bibirnya sebelum menyalakan gulungan tembakau itu dengan pematik yang sudah disediakan. "Then, you should've telling those words to your lovely mom, right? Dan bukannya mengatakan padaku. Kau tahu, Jeon. Tingkat kepedulianku sangat amat rendah soal urusan pernikahanmu or the fact about how your mother hate your wife so much. Secara harfiah memang tidak sebenci itu, sih. Tetapi, let's thinking about this sedikit lebih realistis. Kenapa juga ibumu ingin aku mengenalmu lebih jauh sedangkan kau jelas memiliki istri. Bukankah itu sedikit keterlaluan?"

Semua nada bicara yang Kanna katakan, bait demi bait untaian suaranya tatkala berkumandang, Jungkook pikir pukulan-pukulan itu terasa sangat amat nyata menyakitinya. Membuatnya babak belur tanpa sadar. Bahkan ia nyaris tak memiliki pembelaan diri dan malah menunduk, seolah kalah. Meremas kain celana di bagian lututnya dengan tangan menggigil, separuh emosi, separuh sakit.

"Aku tidak mencintai seseorang yang sudah memiliki istri, kau tahu. Meski tampan, meski kaya raya, meski maskulin, sempurna, mampu menggaet banyak cewek di kebanyakan waktu. Aku tetap memiliki harapan untuk menikah dengan seseorang yang mencintaiku meski aku berengsek sekali pun. Dan kupikir, you don't need to worried about anything since i'm not love you, atau berniat mencintaimu. Itu menggelikan, aku masih waras."

Kali ini Jungkook terkekeh. Mengangguk dan merasa lega juga. Ia pikir masalahnya kini hanya ada di ibunya saja dan bukan di Kanna. Wanita ini benar, ia tak memiliki andil dalam masalah Jungkook. Lebih tepatnya Kanna hanyalah korban yang tak tahu harus melakukan apa selain mengikuti kemauan ibunya hanya karena keluarga mereka sudah saling mengenal dan begitu dekat.

Jungkook kini memberanikan diri menatap Kanna. "Terima kasih."

"Ey, aku tidak melakukan apa pun, kau bajingan. Jangan menatapku dengan pandangan merana begitu karena kau tahu, aku benar-benar tidak peduli bahkan meski kau mati di depanku sekali pun."

"Mulutmu kasar sekali, Kanna."

"Hanya diperuntukkan untuk seorang keparat sepertimu."

Jungkook lagi-lagi terkekeh. "Yeah?"

"Yeah, you're truly a piece of shit, Jeon."

Hanya begitu saja percakapan mereka dan dilanjutkan dengan umpatan dan makian lainnya. Jungkook pikir, ia hanya perlu sedikit lebih rileks, paling tidak untuk sekarang. Ia akan memikirkan soal ibunya nanti. Benar, hanya nanti saja. Jungkook akan baik-baik saja, ia percaya itu. []

ShatterableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang