14. misi dan visi

3.9K 389 107
                                    

Leta mendengus kesal, sedari tadi ia terus mengecek ponselnya menunggu balasan dari Revin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Leta mendengus kesal, sedari tadi ia terus mengecek ponselnya menunggu balasan dari Revin. Sebenarnya ia bisa saja diantarkan pulang oleh Nino, namun pasti akan terlihat tidak pantas di mata Vina dan Rescha.

Leta berdiri sesekali menekuk kakinya yang pegal sambil melirik kekanan dan kiri. "tuh cowo ngga ada perasaan takut gitu gue di culik om-om," gumam Leta entah berbicara pada siapa. Tapi sungguh ia merasa sangat kesal dengan sikap Revin yang selalu acuh pada dirinya. Leta benar-benar menyesal, dahulu saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama salah satu sahabatnya pernah mengajak dirinya membaca sebuah buku berjudul penaklukkan hati pria dingin tetapi dia menolak karena selalu berpikir bahwa jodohnya adalah pria yang ramah. Tapi lihatlah nasibnya sekarang, harus hidup bersama seorang kulkas.

Leta menyandarkan tubuhnya pada tembok besar rumah Nino, ia sengaja menunggu di luar takut-takut nanti kalau Revin datang dan tidak menemukannya akan mengomel. Jujur saja Leta takut juga karena suasana perumahan Nino sangat sepi dengan beberapa lampu tinggi di sekitarnya.

Leta kembali menoleh ke arah kanan berharap ada Revin yang menuju kemari, "bismillah."
Leta tersenyum senang, ia dapat melihat mobil Revin mengarah mendekatinya. Memang kekuatan doa lah yang paling bisa diandalkan.

Leta melambaikan tangan dengan senyum yang masih setia menghiasi paras ayu yang ia miliki. Melihat mobil Revin sudah sampai didepannya dan berhenti, Leta segera mengetuk kaca memastikan itu Revin atau bukan. Setelah mendapat ketukan Revin segera menurunkan kaca jendela mobilnya memberi isyarat pada Leta untuk segera naik.

Leta menurut, mengangguk kecil berlalu membuka pintu kursi depan penumpang. "Ayo pulang," ajak Leta melingkarkan tangannya di lengan Revin yang sontak menatapnya terkejut. Inilah visi dan misi Leta sekarang, mendapatkan hati Revin. Tidak salahkan kalau dia merayu suaminya sendiri. Ini semua juga demi masa depannya.

"lepas," ucap Revin dengan nada memerintah. Leta yang melihat Revin berucap sambil menatapnya mengedipkan mata beberapa kali meminta penjelasan kenapa ia harus melepaskan rangkulannya itu. Mereka kan sudah sah, mau grepe-grepe bagian manapun tentu boleh.

Revin berdecak pelan menarik nafas, "Ngga bisa nyetir," jelas Revin secara singkat dengan nada datar dan pandangan yang tertuju kearah depan berbeda dengan Leta yang memandang dirinya. Leta tau ini hanya alasan, ia harus memiliki alasan yang lebih lagi. "Ya bisa lah kan yang dirangkul lengannya bukan tangannya yang itu," tunjuk Leta pada telapak tangan Revin yang masih berada diatas kemudi mobil.

Revin melirik kaca mobil, di luar sudah nampak sangat gelap kalau ia terus meladeni Leta bisa-bisa mereka sampai rumah tengah malam dan mendapat tausiyah dari kedua orang tuanya. Tanpa berkata apapun Revin segera memutar mobilnya keluar dari perumah elite menuju jalan raya. Leta hanya tersenyum tipis, nampaknya ia harus menggunakan jurus membantah kalau berhadapan dengan Revin, ia harus pintar berdebat.

Selama perjalanan Leta hanya menatap kearah wajah Revin, meneliti setiap sudut wajah tampan yang Revin miliki. Leta bersyukur ia menikah muda dengan Revin bukan dengan pria lain. Leta menganggap sikap dingin Revin sebagai sebuah tantangan untuk dirinya, ujian yang harus ia selesaikan dengan nilai sempurna.

Married Dadakan Where stories live. Discover now