21. Keraguan

2.5K 334 106
                                    

Leta menghela nafas menatap nanar lapangan basket yang cukup luas didepannya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Leta menghela nafas menatap nanar lapangan basket yang cukup luas didepannya.

Dua hari yang lalu Ujian Nasional telah usai tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.

Terhitung sudah satu minggu sejak kejadian dimana ia terancam gagal mengikuti ujian, terhitung pula sudah satu minggu ia menjaga jarak dari Nino.

Awalnya Leta enggan mempercayai kemungkinan Nino menjadi pelaku namun setelah melihat video kecelakaan Revan, ia tidak bisa menyangkal. Orang itu mirip Nino atau mungkin Nino?.

Leta cukup lelah, ia mendongak menatap langit yang cerah hari ini berharap ketika ia berkedip semua masalah ini akan hilang. Kehidupannya yang semula juga akan kembali tapi kenyataannya tidak seperti itu.

"Eh?"

Leta terkejut menatap sebotol minuman didepannya, tatapannya pun beralih kepada sang pemegang botol, Revin.

Lelaki itu sekarang berbeda, lebih menerima keberadaannya. Sedikit membuat lega, walaupun tidak ada Nino masih ada Revin.

"Makasih ganteng," ucap Leta sumringah meraih botol dari tangan Revin.

Leta memutar tutup botol yang masih tersegel, cukup merepotkan. Melihat keadaan disampingnya, Revin yang cukup terlatih sekarang sangatlah peka. Ia meraih paksa botol tersebut dari tangan Leta, memutar keras tutup botolnya dan terbuka sungguh mudah bagi lelaki.

Revin mengulurkan kembali botol terbuka itu. "Parah, dedek sangat terkejut!," pekik Leta dengan muka syok menatap Revin yang hanya mengernyit tanda tidak mengerti.

Revin menaikkan alisnya meminta penjelasan namun hanya gelengan kepala Leta yang ia dapatkan.

Dengan masih menatap Revin, Leta meneguk air dari botol. "Mungkin karena udara panas ya lo jadi sedikit peka," ungkap Leta menutup kembali botol yang baru saja ia minum seperempat.

Revin berdecak, peka salah tidak peka salah juga hanya Tuhan, Mama dan  cewe sendiri yang tau bagaimana benarnya.

"apa gak apa kalau gue dan Revan laporin Nino ke polisi?," tanya Revin mulai membuka obrolan serius. Karena ini menyangkut sahabat Leta jadilah Revan menyuruhnya bertanya pada Leta dahulu.

Leta menghela nafas, memang tidak bisa terus menerus lari dari masalah.

"Itu hak lo berdua kali, jangan libatin gue. tapi," Leta menunduk, "Nino satu-satunya orang yang ngerti gue, masalah gue, beban hidup gue, dia udah kaya kembaran gue sendiri kalau gue boleh minta, tolong jangan lapor polisi tapi gue gak bisa minta begitu karena gue bukan orang yang egois," lanjutnya tersenyum kecut.

Ini juga sulit bagi Revin, dia tidak bisa melihat Leta yang ceria menjadi pemurung, tapi tidak bisa juga melihat pencelaka kembarannya terus hidup bebas tanpa merasa berdosa. Apalagi, tidak menutup kemungkinan Nino adalah putra Aiden, musuh papanya.

Married Dadakan Onde as histórias ganham vida. Descobre agora