17. Pacar saya

3.8K 460 204
                                    

"Waktu kalian kurang dari lima belas menit

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


"Waktu kalian kurang dari lima belas menit."

Leta berdecak, mendesis memainkan pensil yang ia gunakan sembari melemparkan tatapan sinis pada seorang guru yang bertugas menunggu ujian di ruangannya hari ini.

Leta kembali fokus pada kertas ujian didepannya yang hampir terisi sempurna. Hari ini, hari terakhir sekolah ini melaksanakan Ujian Sekolah dengan mata pelajaran olahraga.

Leta yang notabennya sering bolos mata pelajaran ini untuk jajan di kantin bersama Nino atau mengerjakan PR fisika yang menduduki kelas selanjutnya, cukup kesulitan.

Lagi pula, setiap jam pelajaran olahraga selalu dihadapkan dengan praktek tanpa teori. Jadi, salah siapakah ini.

"Lima menit lagi nak,"

Sial, Leta menegapkan duduk meraih soal membacanya dengan seksama. Ia terdiam, beralih menatap lembar jawabnya yang masih kosong lima nomor.

Gak ada pilihan lain, Leta menarik nafas, melancarkan aksi pasrahnya. Dengan mengucap basmalah Leta mulai menitik indah pada lembar jawabnya, berharap jawabannya benar.

"Kamu yang duduk paling belakang, kumpulkan kesini sekarang,"

Leta yang mulai membereskan alat tulis berhenti, menatap Pak Hajar—pengawasnya yang menunjuk dirinya. "Saya Pak?," tanya Leta menunjuk dirinya sendiri.

"Iya kamu, memang ada orang lagi dibelakang kamu?"

Leta berdecak, sedang capek-capek begini malah disuruh-suruh. Apa mukanya terlihat cocok dijadikan pesuruh, "Ada pak, makhluk gaib."

"Aleta Quenby,"

"Iya pak saya sendiri," Leta mulai bangkit dari duduknya, mengambil kertas jawaban miliknya lalu mulai berputar mengambil satu persatu lembar jawaban temannya.

"Kalian semua silahkan pulang, ingat besok tidak libur. Belum Ujian Nasional sudah libur-libur," jelas Pak Hajar menatap sengit setiap siswa yang ada di ruangan ini.

Leta menggeleng, menginjak hari akhir masa SMA mengharuskan dirinya bekerja ekstra. Mendekati Revin saja ia tidak bisa karena lelaki itu sibuk mempersiapkan Ujian begitu juga dirinya. Tapi tenang, ia sudah memberikan banyak kode pada Revin. Berdoa saja semoga es batu bermuka dewa itu peka.

"Ini Pak," Leta meletakkan setumpuk kertas ujian di meja depan Pak Hajar. Lalu berbalik mengambil alat tulisnya.

"Makasih ya Leta, bagus lagi kalau kamu bantu saya bawa ke ruang pengawas ujian,"

"Saya sakit perut Pak, bapak bawa aja sendiri takut cepirit," ucap Leta berbohong, ia tidak mau jadi kacung guru fisika berkacamata tebal itu.

Sebelum Pak Hajar menjawab dirinya, Leta segera berlari ke depan mengambil tas kecil yang ia bawa berlari keluar ruangan.

Married Dadakan حيث تعيش القصص. اكتشف الآن