27. Mama

1.5K 223 55
                                    

Decitan sepatu yang bergerak kesana kemari meramaikan ruangan yang cukup luas ini. Amora terus berjalan memutari ruangan dengan pikiran yang terus bekerja. Siapa sangka perempuan yang ia kira yatim piatu adalah pewaris tunggal William Group yang kekayaannya tidak dapat dihitung lagi, setara dengan keluarga Ardiaz yang sedang ia incar.

Kedatangan Haris padanya benar-benar membuat Amora berpikir kembali. Tawaran pria tua itu begitu menggiurkan, pekerjaannya pun mudah. Ditatapnya kartu nama Haris, kini tekadnya sudah bulat akan menerima tawaran yang diberikan.

"Gue ga bisa terus diam liat Revin yang semakin jauh, gue juga ga bisa terus diam liat nama keluarga gue yang udah hampir hilang dari kalangan atas, cuma ini caranya iya cuma ini," gumam gadis itu mengetikkan nomor pada ponselnya menekan tombol telepon.

"Saya setuju, kapan saya bisa mulai?," ucapnya pada pria di seberang sana yang sudah tertawa girang.

— Married Dadakan —

Aleta mengernyit menoleh pada Alvina yang masih santai menatap pepohonan rimbun di kanan kiri jalan. Sudah dua jam lebih mereka berkendara hingga kini memasuki hutan yang cukup rimbun dengan jalan tanah yang masih cukup dilalui mobil.

"Kita mau kemana sih ma?, temen mama orang utan?," tanya Aleta setelah terdiam memendam rasa keingintahuannya.

Alvina melotot mengibaskan tangan ke udara, "hust! Jangan ngomong gitu, temen mama ini cantik loh kaya kamu," Alvina menjawab dengan senyum dan tarikan gemas pada hidung Aleta.

Aleta mengusap hidungnya pelan, masa iya orang cantik tinggal di tengah hutan. "Tapi ma, masih jauh?," tanyanya kembali mendapat gelengan dari Alvina.

"Ga jauh sebentar lagi,"

Aleta mengangguk empat kali kemudian melotot menoleh lagi pada Alvina, "Tuhkan bener ditengah hutan, orang utan ya ma, mama mah bercanda begini," protesnya memajukan bibir mencibir.

"Bukan, dia manusia Aleta udah mama bilang dia cantik kaya kamu, mama ga bercanda,"

"Tapi kenapa dia tinggal di tengah hutan gini sih ma?," Aleta tidak henti bertanya. Sungguh ia sangat penasaran dengan teman mama mertuanya yang misterius ini.

Alvina menarik nafas sejenak menoleh pada Aleta, "Karena, banyak orang yang suka sama dia makannya dia sembunyi jadi, Aleta jangan bilang siapa-siapa ya setelah mama ajak kesini," jelas Alvina begitu sabar menghadapi setiap pertanyaan menantunya.

Alvina kembali mengangguk, tidak boleh memberitahu siapapun apakah Revin juga tidak boleh tau. Baru ia hendak bertanya kembali namun mobil yang mereka naiki sudah berhenti di halaman rumah yang luas.
Ditatapnya rumah kayu berlantai dua itu, rumah bercat putih dengan halaman luas berpagar tinggi berwarna putih juga jangan lupakan berbagai tanaman dan bunga yang menghiasi halaman dan teras rumah. Rumah ini terlalu luar biasa untuk berada di tengah hutan begitu pikir Aleta.

"Ayo Aleta, kita sudah sampai," ajak Alvina menarik Aleta untuk keluar dari mobil.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju pintu utama. Bisa Aleta lihat senyum manis Alvina yang tidak berhenti bahkan saat wanita itu mengetuk pintu sambil menyerukan kata "Cally!" berkali-kali.

Tidak begitu lama setelah sahutan, "Iya!," terdengar pintu itu terbuka mengantarkan wanita paruh baya dengan dress putih tulang menyapa mereka.

Married Dadakan Where stories live. Discover now