08. Kesal

7K 555 102
                                    

"Aw!"Pekik Aleta kala merasakan guyuran air mengenai bajunya disusul sebuah mangkuk yang jatuh tertahan oleh rok abu-abu miliknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aw!"
Pekik Aleta kala merasakan guyuran air mengenai bajunya disusul sebuah mangkuk yang jatuh tertahan oleh rok abu-abu miliknya.

Waktu bagai terhenti, semua penghuni kantin mulai memperhatikan meja asal teriakan Leta.
Revin yang masih fokus pada benda pipih ditanganya juga ikut mendongak.

Leta berdecak mengambil mangkuk dari pangkuanya kemudian berdiri meletakkan mangkuk tersebut ke meja berlalu menatap Amora yang berdiri disampingnya dengan tatapan terkejut.

"Lo sengaja ya!" bentak Leta, menunjuk Amora yang berpura-pura tak mengetahui apapun layaknya orang bodoh.

"N–nggak kak, amora nggak sengaja beneran" bela Amora sambil membenahi rambutnya yang sama sekali tidak kusut.

Leta memutar malas kedua bola matanya, sedikit mengibas tanganya untuk membersihkan bajunya yang basah. Leta kembali melihat Amora, bersedekap menatap kesal.

"Gue nggak bego ya sampai nggak bisa bedain mana yang sengaja mana yang nggak" geram Leta pada Amora yang masih bertampang bego.

"Tapi, Amora nggak sengaja kak beneran. Kenapa sih kakak nggak percaya" Amora terus meyakinkan sekitarnya bahwa ia memang tidak sengaja. Tapi apa Leta akan tertipu dan percaya? Tentu tidak!. Sejak awal memang Amora sudah mengibarkan bendera permusuhan dengan dirinya.
"Stop!"
Revin muak, sedari pagi ia terus mendengar Leta dan Amora yang terus bersitegang.

Semua menoleh menatap Revin, cowok tinggi berkulit putih itu mulai menarik perhatian. Leta berpikir pasti Revin akan membela dirinya secara ya walau hanya istri-istrian tapi pasti Revin akan memilih dirinya.

"Dia nggak sengaja,"

Leta menoleh terkejut, lagi-lagi realita meleset dari ekspetasi.
Disisi lain, Amora sudah tersenyum tipis memang tidak mungkin kalau Revin tidak akan membela dirinya.

"Lo buta apa gimna? Lo ngga liat tadi? Dengan sengaja adik kesayangan lo ini ngerjain gue?" ucap Leta menekankan setiap kata dengan ekspresi geram.

Revin terdiam ikut berdiri memasukkan tangan kanannya ke saku celana abu-abu miliknya.
"Gue nggak liat kejadianya, So, gue pakai insting gue"

"Gue ngerti emang dia yang lebih deket sama lo" ucap Leta berlalu mendorong pelan bahu Amora berjalan keluar kantin.

Revin menghela nafas menatap panggung Leta yang sudah hilang dibalik koridor.
Ia berbalik menatap Amora.
"Minta maaf ke Leta." perintah Revin pada Amora. Amora berniat membela dirinya lagi.
"Sengaja nggak sengaja, tapi lo lakuin juga. Sama aja" lanjut Revin sebelum Amora kembali membela diri.

"Tapi kak—"

"Gue balik kelas" pamit Revin ikut meninggalkan kantin.

"Sialan! Kacau semua" kesal Amora terduduk dikursi panjang.

"Lo juga sih, Kak Revan lebih care padahal, masih milih kak Revin" ujar Siska, salah satu teman Amora sejak kelas sepuluh.

"Mereka beda, dan gue bakal terus ngejar kak Evin, apapun resikonya. Gue juga yakin bakal dapetin karena gue juga bakal korbanin apapun dan siapapun."

Married Dadakan Where stories live. Discover now