18. Permulaan

3.7K 427 174
                                    

"Gila anjing!," Revan memekik, mengusap rambutnya yang mulai panjang ke belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gila anjing!,"
Revan memekik, mengusap rambutnya yang mulai panjang ke belakang. Menatap kesal, melihat saudara kembarnya yang tidak lain adalah Revin terduduk di kasur dengan kondisi babak belur.

"Sabar van, jangan emosi dulu," nasihat Vano berusaha menenangkan sahabatnya yang sudah misuh-misuh sendiri.

"gimana gak emosi? Itu anjing udah keterlaluan, apa luka gue aja gak cukup sampai harus lukain Revin?" emosi Revan memuncak menendang pelan meja kecil di kamar Revin yang terletak didepannya.

Revin yang sedari tadi diam menghela nafas pelan, jika Revan sudah mengamuk begini setan pun akan takut melihatnya.

"Ya gue tau van, tapi apa dengan lo misuh-misuh, uring-uringan gak jelas begini dia bakal berhenti?," tanya Vano menaikkan kedua alisnya menoleh menatap Revan yang duduk disampingnya.

Revan terdiam berusaha berpikir, memang benar apa yang Vano katakan. Seharusnya dirinya memikirkan cara menangkap bajingan itu bukan malah bersikap tidak jelas begini.

"Lo bener no, gue cuma gak suka Revin dihajar begitu jadi gak ke kontrol emosi gue, gak bisa mikir,"

Vano mengangguk menepuk pelan punggung Revan beberapa kali. Berteman cukup lama dengan dua saudara kembar ini membuat Vano bisa mengendalikan emosi maupun amarah keduanya.

"Gak emosi aja lo juga kaga bisa mikir bang," ejek Revin memainkan jemarinya yang terluka menatap Revan dengan senyum miring.

"Jangan kaya babi vin! Gue udah khawatir begini sama lo, masih nekat aja ledek gue," protes Revan melotot, mengepalkan kedua tangannya. Revin memang mengesalkan, kalau saja ia tidak babak belur pastilah Revan akan memukulnya sampai puas.

Revin terkekeh pelan, sampai kapan saudaranya ini akan bersikap  tidak dewasa dan mudah terpancing.

"Gue mau cari tau soal om Aiden," tutur Revin memaparkan rencananya untuk mencari musuh sang ayah yang menyimpan dendam pada keluarga mereka.

Revan yang tertunduk tiba-tiba mendongak mendengar penuturan Revin, apa sebenarnya rencana Revin. "Buat apa?," Revan bertanya.

"Gue mau akhiri semua ini, papa pernah bilang om Aiden udah keluar dari penjara dan setelah itu semua serangan, teror dan ancaman mulai terjadi."

Revan mengangguk mengerti, ia menyeringai, "Ayo vin, kita kirim bajingan itu balik ke penjara."
Langkah pertama pembalasan mereka akan segera dimulai.

"Om Aiden siapa?," tanya Vano begitu penasaran dengan pria yang sedari tadi Revan-Revin bahas. Revan menoleh, ia berdecak malas untuk menceritakan lagi.

"Musuh papa sama mama, orang yang berusaha bikin hidup papa hancur dengan nyatuin mama sama papa eh ternyata papa sama mama sebenernya saling cinta, orang bodoh. habis itu papa hancurin dia ambil perusahaanya masukin dia ke penjara, miris." cerita Revan sembari tertawa kecil mengingat kemenangan orang tuanya. Memang semuanya pantas Aiden dapatkan.

Married Dadakan Where stories live. Discover now