27

2.9K 130 11
                                    

Hei hei! This is the next part. Happy valentines day everyone. Lots of love!

---------------------------------------------------------------------------

PART 27

Aktifitas tempo hari Khamal di pagi hari memang bisa dibilang sudah sangat standard orang-orang kantoran, di umurnya yang baru saja genap 21 tahun Khamal sudah menjadi Presdir di kantor cabang Bandung. Meskipun pekerjaannya ini dirahasiakan dari orangtua dan kekasinya namun ada niatan baik di balik rencananya ini. Aktifitas memilih kemeja, dasi, jas, dan sepatu sudah selesai dilakukan Khamal. Seperti biasa, Khamal akan sedikit bersolek dengan minyak rambut dan parfume sebelum memulai aktitasnya.

Kringgggg! Kringgggg! Kringggggg!

Khamal menggeser layar handponenya saat mendapatkan nama salah satu orang penting di tertera pada layarnya. "Halo. Selamat pagi Pak. Gimana?" tanya Khamal langsung saat mengangkat telfonnya. "Semua proses pembangunan sudah selesai, barang-barang yang bapak pesan termasuk foto besar yang bapak minta juga sudah siap." Jelas seseorang di balik telfon. "Semua design sudah sesuai keinginan saya kan?" tanya Khamal memastikan. "Sudah Pak. Semuanya sudah siap." Jawab orang tersebut. "Jadi sudah siap huni? Kapan saya bisa datang dan melihatnya?" tanya Khamal sambil merapihkan sedikit pakaiannya. "Hari ini juga bapak sudah bisa datang untuk melihat rumah baru bapak." Jawab orang itu. "Oke kalo tidak ada masalah sore ini sepulang dari kantor saya ke sana." Ujar Khamal. "Baik Pak kami tunggu sore ini di rumah baru bapak." Jawabnya. "Oke terimakasih." Ujar Khamal sebelum akhirnya menutup telfonnya. "Huhhhh akhirnya rumah gue udah kelar tinggal pake hahaha." Ujar Khamal sangat puas mendengarnya.

"Hayooo! Ada apaan nih? Wanna tell me something?" tanya Marsha penuh selidik. "Huh! Lo tuh ngagetin gue melulu sih." Jawab Khamal yang masih terlihat kaget. "Haduh iya iya deh maaf Mal. Abisan sih lo bikin gue kepo." Jawab Marsha sambil duduk di atas kasur besar Khamal. "Kapan sih elo itu gak pake kepo?" tanya Khamal mencoba menenangkan diri. "Maaf maaf deh. Eh tadi ngomongin apaan sih? Rumah rumah gitu apaan sih?" tanya Marsha yang semakin ingin tau. "Lo beli rumah? Pake apa? emang lo punya duit?" tanya Marsha penuh selidik. "Ya udah lah ya udah ketauan juga sama lo. Tapi lo jangan ember bilang ke orang-orang. Soalnya yang tau Cuma Kak Tamara, Dion sama lo nanti pas udah gue ceritain." Ujar Khamal meminta Marsha untuk menutup mulutnya. "Sip deh gue gaakan bilang siapa siapa." Jawab Marsha yakin.

"Jadi gini, selama di Bandung gue gak Cuma kuliah tapi gue juga kerja. Gue kerja di kantor bokap tanpa sepengetahuan dia soalnya dia juga lagi sibuk ngurus cabang yang di luar Indonesia makanya gue bisa gak ketauan. Terus dari gaji yang gue dapet gue tabung buat beli mobil, rumah, dan segala kebutuhan gue. selama ini gue gak pernah pake uang transferan orang tua gue karena gue udah bisa ngehasilin uang sendiri. Nanti kalo semua udah tau, atm gue yang isinya uang transferan dari orang tua bakalan gue balikin ke mereka." Jelas Khamal dan berhasil membuat Marsha terpukau dengan apa yang Khamal lakukan. "Waw! Lo keren banget sih. Sekarang jabatan lo apa?" tanya Marsha ingin tau. "Gue presiden direktur cabang Bandung." Jawab Khamal santai. "Oh My! Gaji lo berapa sebulan?" tanya Marsha dengan sifat keponya yang semakin menjadi jadi. "Ya segitu deh pokoknya." Jawab Khamal enggan memberi tahu nominalnya. "Sini pinjem hp lo. Gue mau pake e-banking aja. Pelit banget sih lo gamau kasih tau gue." paksa Marsha. "Apasih Sha? Gak lah." Tolak Khamal. tapi bukan Mrasha jika tidak mendapat apa yang dia mau, "Aaaaaaa pelit banget sih. Gue ember nih." Khamal hanya bisa mengerutkan dahinya melihat cara Marsha memaksanya."Nih nih nih ah!" Setelah Khamal akhirnya mengalah memberikan handponenya pada Marsha, Marsha mulai berkutik dengan benda yang ada di tangannya untuk mencari tau apa yang ingin dia tau.

"Ya Tuhan!" teriak Marsha tiba-tiba. "Apaan sih lo?" tanya Khamal heran. "Lo udah gila Mal. Bener bener gila." Ujar Marsha yang hanya mendapat ekspresi bingung dari Khamal. "10.000 USD per bulan? Setahun lo bisa dapet berapa Mal? Gila banget dan lo udah hampir 4 tahun kerja? Gila lo bener Mal! Gila lo parah banget sumpah Mal!..." belum selesai Marsha berbicara Khamal sudah menghentikannya karena tau Marsha tidak akan menyelesaikan kata-katanya sedikitpun. "Stttttt! Berisik banget sih lo udah gue bolehin liat tuh gausah bawel kenapa sih." Ujar Khamal menghentikan Marsha. "Maaf maaf." Jawab Marsha. "Kan gue gak langsung dapet gaji segitu Sha. Dari 100 USD dulu baru ke 10.000 USD." Jelas Khamal. "Tapi tetep aja!" ujar Marsha agak berteriak. "Kan gue udah bilang diem." Khamal memperingati Marsha lagi. "Iya maaf maaf." Ujar Marsha berhenti bicara. "ya berhubung lo udah tau, nanti sore temenin gue ke rumah baru ya buat liat semuanya." Minta Khamal sembari membereskan barang bawaannya. "Oke oke. Nanti sore jemput gue ya." minta Marsha dan dijawab dengan anggukan pelan dari Khamal. "Keluar gih gue mau pergi nih." Khamal keluar setelah Marsha bersedia meninggalkan kamar besarnya. "Inget! Jangan ember! Gue bakal kasih tau tapi gak sekarang." Khamal kembali memperingatkan Marsha tentang rahasianya dan permintaannya dibalas dengan acungan jempol dan wajah sumringah Marsha.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang