10. Nina and Ana's Challenge

4.1K 160 11
                                    

Hai Guys! Aku pengen ngasih tau nih ke kalian kalo kemungkinan aku bakalan lama ngepostnya. Soalnya aku mau focus dulu sama SBM. Doain ya dimudahin SBMnya dan bisa dapet SBM di pilihan pertama. Hope you enjoy this part Guys! Happy reading!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

PART 10

Adine terus mengotak-atik handponenya hingga tanpa sadar dia menunggu Khamal yang tidak kunjung menghubunginya sejak semalam. Timbul rasa penasaran akan apa yang terjadi pada Khamal sebenarnya. Tidak biasanya Khamal tidak membari kabar padanya. Biasanya, sebelum tidur Khamal akan menghubunginya dan akan berhenti ketika dia sudah tertidur. Kind of make sure that she’s been sleeping. Khamal kemana sih? Kok gak ada kabar dari semalem. Dih kok gue mikirin dia sih? Apa banget sih lo Dine! Batinnya saat sadar kalaw dia sedang menunggu kabar dari buaya buntungnya.

“Heiiiiiii!” sapa Nina dan Ana yang masuk ke kamar Adine tiba-tiba dan tidak memberikan tanda-tanda kedatangan mereka.

“Loh? Kalian di sini? kok gak bilang-bilang sih mau ke sini?” tanya Adine yang masih heran dengan kedatangan dua makhluk yang dia fikir masih marah padanya.

“Emang harus gue ngomong dulu ke elo kalo kita mau ke sini?” ujar Nina sambil menaruh tas besarnya di dekat lemari pakaian Adine.

“Ya, enggak sih. Terus kok kalian bawa tas gede begitu sih?” tanya Adine ragu dan masih juga bingung dengan apa yang akan Nina dan Ana lakukan sebenarnya.

“Kita mau nginep. Seminggu! Nyokap lo bolehin kok kan mereka mau ke New Zealand hari ini. Iya kan?” Adine mengangguk cepat menanggapi perkataan Nina yang terkesan tidak bisa ditolak.

“Baik gak kita nemenin elo?” tanya Ana yang langsung menguasai remote tv di kamar Adine.

“Iya iya makasih ya. Kalian udah gak marah lagi sama gue?” tanya Adine ragu dan berharap agar pertanyaannya tidak memancing kemarahan kedua sahabatnya lagi.

“Ehmmm. Soal itu gue mau lo cerita sebenernya gimana sampe lo bisa jadian sama itu buaya aer! Cerita buruan!” mulai lagi deh maksanya mereka batin Adine melihat Nina dan Ana yang memaksanya bercerita tentang hubungannya dengan Khamal.

“Oke. Jadi gini, waktu itu .....” Adine menceritakan setiap detil kejadian yang terjadi padanya dan Khamal sehingga bisa membuat mereka jadian seperti sekarang. Setiap kelakuan mengejutkan Khamal dan setiap hal manis yang dilakukan Khamal. Nina yang mulanya berekspresi asam lama kelamaan menjadi datar dan mulai berkespresi. That’s why I love them itulah yang selalu Adine katakan setiap kali melihat kelakuan kedua sahabatnya yang sama-sama anehnya dengan dirinya.

“GILA! JADIANNYA AJA BEGITU?” teriak Nina dan Ana kompak saat Adine sedang menceritakan kronologi saat Khamal berhasil menjadikan Adine sebagai kekasihnya.

“Ya, makanya gue gak terlalu gimana gimana sama Khamal. jadiannya aja awkward gitu kan.” Jawab Adine yang masih belum yakin apa yang dia rasakan sebenarnya pada Khamal.

“Oke. Pokoknya lo musti tetep ati-ati sama si Khamal itu!” ujar Nina yang sepertinya ekspresi kesalnya akan benar-benar hilang dari wajahnya setelah ini.

“Iya iya gue pasti ati ati kok.” Jawab Adine menenangkan perasaan khawatir kedua sahabatnya itu.

“Gue gamau lo disakitin sama Khamal Dine.” Kata Ana sambil meneruskan hobbynya membuat mahakarnya di rambut Adine yang panjang dan lebat.

“Kalian kan tau gue kuat. Lagian kalo gue sama Khamal akhirnya gak enak gue pasti biasa aja kok. Kan gue udah siap.” Jelas Adine sambil menaik turunkan alis indahnya untuk meyakinkan kedua sahabatnya itu. seperti perkumpulan para gadis pada umumnya, pembicaraan serius berakhir dengan pelukan dan mereka kembali pada aktifitas mereka.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang