28. Will You?

4.7K 176 15
                                    

Enjoy the next part guys! Vomment needed! Have a lovely day!

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PART 28

 

Ting!

From : Khamal Buaya Rawa

To : Adine Chlaresta

Wish me luck ;-)

Senyum manis mengembang di bibir Adine saat menerima pesan singkat dari kekasihnya. Doa tidak henti dipanjatkan Adine saat mengetahui kekasihnya itu akan menjalankan sidang skripsi yang telah dia buat dengan susah payah.

From : Adine Chlaresta

To : Khamal Buaya Rawa

Jangan lupa berdoa ya! Bismillah juga jangan lupa. Good Luck ;-D

“Hei babe! Kenapa sih senyum senyum aja dari tadi?” tanya Andres heran melihat Adine yang terus tersenyum sendiri tanpa mengajaknya. “Hah? Gapapa kok.” Jawab Adine lalu tersenyum manis. “Pasti Khamal deh. hmmmm iya deh yang udah anget terus mah susah. Kayak penganten baru aja sih.” Ujar Andres mengundang tawa Adine. “Lebay ah.” Jawab Adine kembali tertawa dan kali ini Andrespun ikut tertawa bersamanya.

“Abis ini lo mau ke mana babe?” tanya Andres sambil terus berjalan melewati koridor. “Pulang deh. Ada urusan.” Jawab Adine kemudian memberikan cengiran bocah ala Adine. “Ngapain sih sama Khamal?” tanya Andres santai. “Khamal lagi sidang skripsi. Pengen stand by buat denger cerita dia nanti.” Jelas Adine antusias. “Waah! Cepet aja dia udah skripsi. Pinter banget pasti dia? Kita aja masih 1 semester lagi dia malah udahan.” jawab Andres terheran-heran. “Dari dulu dia udah pinter. Kan nyebelin.” Dan itu yang kadang bikin gue mikir kalo dia masih punya perasaan, otak aja punya batin Adine mengingat masa SMAnya dengan Khamal.

“Kurang apa dia. Oh my emang ya dia tuh suami idaman banget. Pokoknya kalo lo dilamar sama Khamal jangan sampe nolak.” Pinta Andres bersemangat 45. “Dilamar? Yakali. Gaakan lah.” Jawab Adine santai. “Kalo sampe dilamar, lo harus cium Khamal depan gue.” tantang Andres sambil melipat kedua tangannya di depan dada bidangnya. “Haish gila lo ya. masa nyium Khamal. gak!” tolak Adine, tapi seorang Andres tidak pernah menerima sebuah tolakan. “Kan nanti dia bakal jadi suami lo. Ya gapapa kali. Dan lo tau gue, gaada penolakan dalam kamus hidup gue.” ujar Andres sambil memberikan tatapan serius pada Adine. “Lo gila.” Tolak Adine dan Andres hanya menggeleng pelan menanggapinya. “Kiss him on the lips. Right in front of me.” Bisik Andres di telinga Adine membuat Adine terdiam membeku membayangkan harus mencium bibir Khamal. “Tell me when he propose you!” ujar Andres sambil berjalan meninggalkan Adine.

****

Cium? Khamal? Bibir? Kan gue belom halal sama dia. Aishhhh apa sih. Dia juga gaakan ngelamar gue kok. So Adine, you don’t have to worry about that kiss. Bayang bayang perjanjian Andres selalu terbawa ke manapun, bahkan saat Adine sudah tiba di kamarnya. Adine merebahkan tubuhnya di kasur standard kamar kostnya, melihat ke sekeliling dan matanya terhenti tepat pada pajangan pigura berisikan fotonya dengan Khamal sebagai isinya. Gue bakal nikah sama lo gak yah Mal? Gue belom ada cadangan kalo nanti gue putus sama lo batinnya lemas membayangkan kalau hampir 4 tahun hubungannya dengan Khamal akan sia-sia.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang