29. Can We?

3.8K 163 9
                                    

HEI HEI! SORRY FOR THIS LATE UPDATE. MAAF BANGET YA UDAH BIKIN KALIAN NUNGGU LAMA. ADA MASALAH TEKNIS YANG BIKIN AKU GABISA POST KEMAREN KEMAREN PADAHAL UDAH READY POST BANGET DARI LAMA. I'M SO SORRY TO MAKE YOU GUYS WAITING! HOPE YOU ENJOY THIS PART! VOMMENT NEEDED GUYS! HAVE A NICE DAY!!!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

PART 29

"Morning sayang!" sapa Dianna saat anak lelakinya baru saja tiba di ruang makan untuk sarapan bersama. "Morning Mam, morning Pa, morning Kak!" sapa Khamal yang kemudian dibalas dengan anggukan pelan dari Greg dan Tamara yang sedang asik dengan sarapan mereka. Khamal mengambil selembar roti gandum kemudian mengoleskannya dengan selai coklat kacang kesukaannya. Khamal diam-diam terus memperhatikan gerak-gerik setiap anggota keluarganya. "Kamu kenapa?" suara berat Greg sontak membuat Khamal kaget karena ternyata Papanya itu menyadari apa yang dia lakukan. "Mmmm. Papa, Mama, sama Kak Tamara ada waktu sebentar gak sebelum berangkat ke kantor?" tanya Khamal ragu. "Memangnya ada apa?" tanya Greg dengan suara tegasnya yang selalu membuat Khamal gugup saat akan membahas sesuatu yang penting. "Adek mau ngomong sesuatu yang penting." Jawab Khamal gugup. "Hmmm. Iya bisa. Paling telat sedikit." Jawab Greg kemudian kembali mengunyah makanannya.

"Gapapa nih Kak telat?" tanya Khamal memastikan. "Gapapa. Lagian kan sekarang hari minggu gak perlu lah dateng cepet-cepet." Jawab Tamara membuat Greg dan Dianna menahan tawa mereka. "Hari minggu ya? Duh lupa." Jawab Khamal lalu tersenyum garing. "Apa sih yang kamu pikirin sampe kamu lupa sama hari ini hari apa?" tanya Greg santai. "Ini penting banget Pa buat Adek." Jawab Khamal cepat. "Yaudah ayo bilang ada apa." ujar Greg dan semua langsung mempersiapkan posisi untuk mendengarkan cerita dari anak bungsu keluarga itu.

"Adek ngelamar Adine." ujar Khamal membuat seluruh mata tertuju hanya padanya. "Kamu udah ngomong ke orang tuanya?" tanya Greg serius yang langsung dijawab dengan gelengan pelan dari Khamal. "Kamu bilang dulu ke orang tuanya. Nanti kalau sudah diizinkan, Papa lamarkan Adine untuk kamu." Ujar Greg santai. "Papa bolehin Adek nikah sekarang? Papa gak ngasih syarat Adek harus punya apa dulu gitu sebelum nikahin anak orang?" tanya Khamal dengan perasaan yang campur aduk, senang namun sedikit bingung karena dengan mudahnya Greg memberi izin Khamal menikahi Adine.

"Papa tau kamu kerja di perusahaan Papa kan? Papa juga tau kamu udah punya apa aja. Ya, buat apa lagi kamu nunggu. Kalo kamu siap ya nikahi saja pacar kamu itu." jawab Khamal kemudian menyeruput kopi buatan Dianna. "Papa gak marah aku kerja di kantor Papa?" tanya Khamal kemudian Greg menggeleng pelan. "Kamu memulai semuanya dari awal dan pekerjaan kamu sangat bagus. Kenapa Papa harus marah? Lagipula semua perusahaan yang Papa punya itu akan Papa berikan untuk kamu dan Kakak kamu. Tapi, Papa gamau anak Papa berebut perusahaan? Okay?" ujar Greg membuat Khamal merasa sangat lega mendengarnya. "Okay Dad!" jawab Tamara dan Khamal kompak. "Kak! New York buat aku please!" minta Khamal yang langsung mendapat anggukan pelan dari Tamara.

"Jadi kapan kamu mau ketemu orang tuanya Adine?" tanya Dianna akhirnya. "Rencananya sih nanti malem aku mau ke rumah Adine Mam. Semoga lancar deh." jawab Khamal yang langsung mendapat senyuman manis dari Dianna. "Pa dulu pas Papa ke rumah orang tuanya Mama buat ngelamar Papa pake baju gimana? Adek harus rapih pake kemeja atau gimana nih Pa?" tanya Khamal. "Jadi kamu apa adanya! Dulu waktu Papa ngelamar ke rumah Mamamu, Papa pake baju super rapih dan Papa berusaha terlihat bijak dan kalem. Eh, mala Opa kamu bilang dia lebih suka sama Papa yang biasanya. Hampir saja Papa kira Opa mau menolak lamaran Papa, tapi ternyata lamaran Papa diterima juga." Tawa langsung mengisi ruang makan keluarga Mahadri. Pembicaraan berpindah di ruang keluarga. Setelah sekian lama mereka jarang bertemu, akhirnya mereka berkumpul dan menghabiskan hari bersama-sama. Dari mulai bercerita sampai menonton film mereka lakukan bersama.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang