4

6.1K 193 6
                                    

PART 4

Haiii Guys! Welcome back. Hope you enjoy this part Guys! 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Khamal benar-benar berhasil membuat Adine ilfeel dengan kelakuan playboynya, rasanya ingin sekali memuntahkan isi perutnya di atas kepala Khamal agar dia jera. Khamal memang terkenal bisa membuat semua gadis menyukainya dan Adine harus menghindari hal itu terjadi padanya. Adine benar-benar harus mendengarkan perkataan sahabatnya tentang Khamal agar dia tidak jatuh ke dalam permainan Khamal.

Tok! Tok! Tok!

“Kak, ayo bangun katanya mau jogging.” Adhi membangunkan kakaknya yang masih tertidur cantik di kamarnya dan menyuruhnya untuk berolahraga agar badannya tidak melebar karena terlalu banyak tidur.

“Mmmmm. Iya de ini bangun.” Sungguh kakak yang malas. Kakak perempuan yang malas lebih tepatnya.

“Ya udah jangan tidur lagi ya! Aku berangkat latihan basket dulu kak. Bye!”  Adhi sudah hafal betul kelakuan kakaknya yang akan tidur lagi dalam waktu dua menit setelah dibangunkan. Adine mendudukkan badannya di atas kasurnya untuk mengumpulkan nyawanya. Setelah pulih dia langsung beranjak menuju toiletnya untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah ritual itu dilakukan, diapun bersiap dengan pakaian olah raganya. Training abu-abu yang panjangnya setengah centi di atas lututnya dan kaos oblong yang dititutupi jaket Adidas biru muda kesukaannya dan tidak lupa sepatu Nike biru dengan campuran magenta keberuntungannya.

Adine dengan semangatnya yang sedang membara siap berolah raga pagi ini. Adine keluar dari kamar tidurnya dan berniat meghampiri Mamanya di dapur bersih rumahnya. Eh ngapain dia di sini? Adine benar-benar terkejut saat mendapati Khamal dengan gaya berpakaiannya yang mirip dengan Adine sudah berada di meja bar dekat dapur bersih rumahnya dan sedang asik mengunyah roti bakar buatan Mamanya yang selalu membuatnya ketagihan.

“Eh buaya! Ngapain lo di sini?” tanya Adine dengan nada yang agak sewot.

“Adine!” ujar Mamanya dengan nada yang lembut namun tetap ada penekanan sedikit sambil memberikan kode agar Adine lebih sopan pada Khamal.

“Hai Dine. Gue pengen ngajakin lo lari pagi. Gue nungguin lo sambil makan roti bakar nyokap lo yang enak banget ini. Makasih ya Tante.” Jawab Khamal sambil terus memakan roti bakarnya dan tersenyum pada Mama Adine.

“Lo mau mutusin cewe lo yang mana lagi ngajakin gue pergi? Gausah sok baik sama Mama gue, gue bilangin Papa luh!” mulai dari kemarin, Adine akan terus bersikap sewot pada Khamal. Adine tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Kelakuan jahat Khamal terus terngiang di pikiran Adine.

“Gue udah gak punya pacar kali. Kan gue Cuma bilang makasih buat rotinya Dine. Pengaduan nih gak seru.” Adine hanya menanggapinya dengan memutarkan kedua bola mata indahnya dan langsung pergi  setelah bersalaman pada Mamanya.

“Eh Dine, kok gue ditinggal sih. Makasih rotinya Tante. Permisi Tante.” Khamal pergi mengikuti Adine sambil menghabiskan roti ketiganya. Adine terus berusaha untuk menjauh dari Khamal namun Khamal tetap bisa mendekatinya. Khamal terus mengikuti arah jogging Adine yang sedang asik dengan musik di iPodnya.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang