9

4.7K 146 7
                                    

PART 9

 

Masalah Adine dengan kedua sahabatnya tidak pernah bisa lepas dari pikiran Khamal. Dia tau betus seberapa bencinya kedua sahabat Adine padanya, apalagi Nina. Setiap kali Khamal mengajak bicara Adine, dia terlihat seperti sangat membenci apa yang Khamal lakukan pada sahabatnya itu. Jelas saja kalau berita tentang hubungannya dengan Adine akan membuat mereka muak dengannya. Gue harus selesaiin ini semua. Gue gak suka kalo tiga cewek heboh itu pada berantem gara gara gue jadian sama salah satu dari mereka batin Khamal sambil bersiap mendial nomer handpone Nina.

Tuuuuut! Tuuuuuut! Tuuuuut!

Nada tunggu yang lama membuat Khamal semakin tegang menghadapi Nina. Dia hanya berniat untuk membicarakan semua ini dengan mereka agar semua masalah selesai dan Adine bisa ceria kembali seperti biasanya.

“Halo.” Sapa Nina dengan nada yang datar agak kesal dari balik telfon saat dia baru saja mengangkat telfonnya.

“Hai Na.” Jawab Khamal santai santai tegang sih sebenernya.

“Kenapa Mal? Ada apa lo nelfon gue?” sepertinya Nina benar-benar membenci Khamal. Bahkan mungkin lebih benci dari biasanya sejak kemarin. Nada bicara Nina jauh lebih menyeramkan dari nada bisanya.

“Gue pengen ketemu sama elo sama Adzana bisa gak?” gue kenapa sih? Gue gapernah setegang ini kalo mau nyelesaiin masalah sama orang. Santai aja kali broooo! Batin Khamal mulai mengeluarkan energi positif dari pikirannya yang sedang aneh hari ini.

“Mau ngapain emang lo ketemu gue sama Ana? Ada urusan apaan?” jawab Nina yang masih konsisten dengan nada ketusnya.

“Gue mau jelasin semuanya ke kalian. Tentang gue sama Erall.” Jelas Khamal yang terus berharap tidak terjadi penolakan dari Nina.

“Kapan?” ini orang baik tapi kok begitu banget sih ke gue? dendam banget kayaknya dia sama gue batin Khamal mendengar jawaban Nina yang singkat dan sewot.

“Hari ini? Jam 10 gue ke rumah elo. Gimana? Tapi gue gapunya nomer Ana.” Khamal dan Ana memang tidak pernah berada di kelas yang sama sebelumnya karena Ana mengambil jurusan ips.

“Yaudah jam 10 di rumah gue. Nanti gue deh yang ngomong ke Ana.” Muncul perasaan lega di hati Khamal karena akhirnya Nina menyetujui niat baiknya untuk menjelaskan tentang hubungannya dengan Adine sebelum mereka semakin membenci Adine.

****

Jam baru menunjukkan pukul stengah 9 namun Khamal sudah siap dengan celana pendek dan kaos Polo shirt hitam andalannya. Khamal terus memikirkan kata-kata yang akan dikeluarkannya nanti saat bertemu Nina dan Ana. Dia tidak ingin membuat kedua sahabat Adine yang sedang labil itu semakin kesal padanya. Terlalu banyak berfikir membuat Khamal semakin lapar dan membuatnya memutuskan untuk pergi ke dapur bersih rumahnya untuk melihat apakah ada sesuatu di kulkasnya yang dapat dia makan sebagi pengganjal perut.

“Khamal.” panggil Dianna, Mama Khamal saat melihat anak laki-lakinya akhirnya keluar juga dari kamarnya.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang