21. Fail!

3.4K 163 14
                                    

Ayooooo dibaca! Budayakan vommentnya ya readers! Ditunggu commentnyaaaa!!! Enjoyyyyy! 

PART 21

Hari ini tepat di tanggal 18 Juli dimana dua tahun yang lalu terdapat sebuah pertaruhan konyol antar dua orang anak di sebuah lapangan basket. Tidak terasa dua tahun sudah hubungannya dengan playboy kelas kakap macam Khamal terjalin. Mengingat Khamal yang selalu mengingat tanggal jadian mereka membuat Adine terkekeh geli tidak menyangka kalau Khamal ternyata lebih ingat tanggal jadian mereka kebanding Adine.

Adine terus mondar-mandir di kamarnya menunggu kedatangan Khamal. Adine terus memandangi jam ditangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 11, padahal Khamal mengatakan akan datang pukul 10. Tidak biasanya Khamal melanggar janji hingga 1 jam seperti ini. Adine mulai mendial nomer Khamal yang tidak juga menghubunginya.

“Halo.” Setelah nada tunggu yang super panjang, akhirnya suara berat itu terdengar juga dari balik telfon. “Lo di mana? Udah jam 11 nih.” Ujar Adine kesal mengingat waktu seharusnya mereka bertemu.

“Loh? Kenapa emang? Emang kita janjian hari ini?” what the? Gue udah nunggu 1 jam dia bilangnya begitu? Batin Adine kesal. Rasanya ingin sekali menggaruk muka mulus Khamal sekarang juga. “Kan elo yang ngajakin gue pergi hari ini. Gimana sih?” ujar Adine dengan nada setengah teriak menunjukkan kekesalannya pada Khamal.

“Oh iya gue lupa. Gue masih di rumah dan gue mau latihan basket.” Maksut lo apa Malllll? Idihhhhhh! Batin Adine mulai mengerutkan dahinya. “Khamal! Gue udah 1 jam nungguin elo di rumah ya. Sekarang lo bilang masih di rumah dan malah mau latihan basket. Maksut lo apa sih?” jelas Adine yang berkali kali mendengus kesal mendengar Khamal yang masih saja santai menghadapi kemarahannnya.

“Oke Oke Oke. Gue minta maaf sama lo. Gue jemput lo sekarang. Nanti lo temenin gue main basket dulu, abis itu kita jalan. I’ll be there in 15.” Tanpa menunggu persetujuan Adine, Khamal langsung menutup telfonnya begitu saja. Khamaaaaaaallllll! Lo tuh yaaaaaa! Teriak Adine dalam hati.

“Kenapa sih lo nyebelin Maaaal?” ujar Adine kesal sambil menghempaskan tubuh jenjangnya ke atas kasurnya.

Tok! Tok! Tok!

“Rall, ini gue.” hah? katanya 15 menit. Ini mah 15 detik. Cepet banget! Dia denger dong due marah-marah tadi? Batin Adine mendengar Khamal yang tiba-tiba sudah ada di depan kamarnya. Adine membuka pintu kamarnya dengan wajah sedatar mungkin dan mendapati Khamal sudah siap dengan pakaian basketnya.

“Yuk! Gue udah telat nih mau main basket! Kasian Edo sama Dafa udah pada nungguin.” Terus lo gak kasian sama gue yang nungguin lo 1 jam? Gak kasian lo Mal sama gue? batin Adine dari belakang Khamal yang sedang memimpin perjalanan. Rasanya ingin sekali menjambaki rambut tebal di depannya itu.

Khamal terus asik berdendang mengikuti lagu yang diputar di mobilnya. Sedangkan Adine, dia hanya bisa diam dan menekuk wajahnya yang sudah terlanjur bete pada Khamal. Dengan santainya, Khamal terus membawa mobilnya menuju gor tempat dia akan bermain basket bersama Edo dan Dafa. Tanpa merasa bersalah, Khamal tidak memperdulikan Adine sama sekali.

“Rall, udah sampe nih.” Ujar Khamal sambil mulai mengambil tas basket miliknya di jok belakang mobilnya. Tanpa menjawab Khamal, Adine langsung membuka pintu mobil Khamal dan langsung berjalan menuju gor. “Kok jadi elo yang napsu main basket sih Rall.” Ujar Khamal sambil menyusul Adine kemudian tertawa dengan santainya. Masih bisa ya lo ketawa begitu ke gue? batin Adine sambil menyipitkan kedua matanya.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang