TIGA PULUH SEMBILAN

2.4K 147 2
                                    

Yaps ini adalah kelanjutan ceritanya. Mohon maaf ya readers tersayang karena gak bisa update selama pandemi. Daring bikin otak authornya gak bisa nemu feel yang pas buat Fathan sama Nania. Bismillah besok lusa update lagi.
Spesial 1,9k word untuk kalian

***

Pulang

"Astaga dragon, Nania... " Kinan berucap dengan dramatis. Siang ini mereka duduk di food court kampus dengan santai selagi menunggu mata kuliah kedua mereka yang masih 2 jam lagi. "Pantes aja di kakak Nevan ganteng itu gak kelar kelar di kelas Pak Langit. Gila aja dia ikut segitu banyak organisasi padahal tugasnya Pak Langit itu presentasi semua, mana dia jarang jelasin jugaa. "

"Gila sih Yang dapet satu pasang sama dia. Parah banget kalo kerja sendiri," Nania menyeruput jus jambunya, setelah beberapa minggu menjalani kuliah memang tugasnya kejar tayang. Beberapa dosennya rajin sekali memberi tugas atau presentasi. Kalau begini mah sama aja kayak SMA, bedanya cuma di baju sama waktu kuliah doang, itulah keluhannya saat mendapat tugas beruntun dari tiga dosen dengan deadline yang sama.

"Tapi dia pinter lho sebenernya, otaknya entah kebuat dari apa ya, waktu dia nyanggah kelompok lain dia keren tauuu.. " Nania menoyor jidat Kinan dengan telunjuk saat gadis itu merubah ekspresi wajahnya jadi mupeng alias muka pengen.

"Inget wey, udah ada Pak Dewangga!"

Kinan mendelik, "Gue bukan sapa sapanya kaleee... Kebetulan aja gue disuruh tunangan sama dia. soal perasaan, sih, no." Kinan mengunyah kentang goreng yang mereka beli bersama, lalu berbisik, "Gue rasa dia gak suka cewek deh, masa kalo main sama cowok terus gak pernah sama cewek. Gue rasa itu yang bikin nyokap bokapnya ngejodohin dia."

"Tiati lhoo nanti lo jadi Cinta mati sama dia." lalu Nania terbahak. Sahabat barunya ini benar benar mirip Gina yang sama sama crewet, pasti kalau mereka ketemu langsung akrab. Sedangkan Kinan mendengus. Ia tidak mau jatuh Cinta dengan laki laki yang super duper menyebalkan dan dingin seperti Dewangga.

***

Nania duduk selonjoran di sofa bed rumahnya sambil membuka tutorial memasak yang ada di youtube. Setelah seharian ia menghabiskan waktu di kampus, ia memutuskan pulang ke rumahnya dan Fathan sebentar setelah mengabari mertuanya. Ia ingin membereskan rumah yang selama 5 hari ini dia tinggalkan. Sebenarnya keadaan rumah tidak kotor atau berantakan juga karena masih simbok dan Pak Parto tetap datang tiap pagi untuk membersihkan rumah. Hanya saja ia ingin membereskan ruangan pribadinya dan Fathan serta mengisi perlengkapan dapur dan mengisi kulkas karena esok hari suaminya akan pulang.

Meskipun ia tetap akan menginap di rumah mertuanya hingga esok hari tak berarti rumahnya dia biarkan begitu saja ,kan?

Nania tersenyum ketika melihat pesan dari suaminya yang mengirimkan foto wajah kelehan. Kantung matanya lebih terlihat menghitam meskipun tak mengurangi kadar ketampanannya. Dengan lihai ia mengerikan balasan. Suaminya ini mengeluhkan badannya yang pegal pegal karena beberapa hari tertidur di kursi kerja.

Makanya pulang. Punya istri kok ditinggal terus. Batin Nania.

Jujur saja ia kasihan melihat tanggung jawab suaminya yang begitu besar. Harus pergi kesana kemari demi kepentingan ribuan karyawannya. Tapi dia juga kesal karena suaminya sering kali melupakan waktu istirahat. Bukan sekali dua kali saat tengah malah ia mendapati suaminya kembali terjaga di ruang kerjanya atau di sofa ruang tamu untuk menyelesaikan pekerjaan.

Ponselnya berdering saat ia mengambil air minum di dapur. Panggilan dari ibu mertuanya yang menyuruh segera pulang karena sudah hampir Isya'. Nania tau Mama mertuanya ini menyayangi semua anaknya secara merata, meskipun ia sering mengomel.

2U (To YOU) (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang