TIGA PULUH SATU

9K 521 32
                                    

Adakah yang menunggu cerita ini?
Alhamdulillah bisa apdet dan maap juga karena telat apdet.

Happy reading

***

Badai Itu Datang Lagi

***

Fathan kebingungan karena pertanyaan Nania kemarin. Mengenai Frida, ia tak mungkin memecat sekertarisnya itu tanpa alasan jelas karena selama ini pekerjaan yang di selesaikannya tak mengecewakan dan juga mencari sekertaris yang cekatan tidak semudah itu. Tapi dengan memertahankan Frida di posisi ini, Nania akan meragukan dirinya. Ia juga takut akan khilaf lagi karena pesona Frida.
Ya Tuhan... kepalanya terasa berdenyut keras.

Setelah pertanyaan terakhirnya pagi itu tak terjawab, Nania meminta untuk berkunjung ke rumah orangtua Fathan dengan alasan dia merindukan Airi. Setelah berada dirumah orangtua mereka pun Nania seakan menghidar darinya. Dia sibuk membantu Mama Maudy memasak di dapur atau malah membantu Airi mengurus tanamannya. Saat malam tiba Nania bahkan menolak untuk diajak istirahat di kamar Fathan. Nania lebih memilih membantu Airi mengerjakan tugas sekolah dan sampai waktu tidur tiba istrinya malah meminta izin untuk tidur bersama Airi. Girls Time katanya. Dan dengan terpaksa ia mengizinkan.

Pagi tadi pun sama. Sebelum adzan subuh berkumandang Nania sudah membangunkannya untuk salat berjamaah di masjid kompleks bersama Papa dan melengos pergi begitu saja saat Fathan sudah bangun. Namun sekembalinya dari masjid ia tak menemukan istrinya dikamar. Ia hanya menemukan setelan kerja ---yang memang di tinggal di rumah orangtuanya-- tergeletak di tempat tidur.

Istrinya memang masih melayaninya dan tetap bersikap normal di hadapan orang lain. Namun Fathan tau kalau istrinya menyimpan amarah padanya karena tiap mereka tinggal berdua, Nania akan diam seribu bahasa. Menjawab pertanyaan dengan singkat atau malah dia pura-pura sibuk dengan ponselnya.

Tok tok tok!

Pintu ruangan terbuka, menampilkan Frida dengan setelan kerja berupa blouse lengan panjang warna putih dengan tali di bagian lehernya dan rok warna salem yang membalut pahanya hingga atas lutut. Dia tersenyum manis begitu memasuki ruangan Fathan sambil membawa tabletnya.

"Saya khawatir bapak lupa. Satu jam lagi ada rapat dengan Aeon Publisher mengenai pembangunan gedung kembar untuk penerbitan, pak." Fathan mendongak sesaat lalu menunduk lagi menatap layar laptopnya, mengetik sesuatu disana.

"Ya, kamu bisa keluar."

"Untuk tim dari Pak Heru nanti akan memakai mobil kantor semua, pak. Dan saya ikut nebeng mobil bapak." Frida tersenyum manis diakhir kalimatnya.

"Katakan pada Pak Heru, mereka ikut mobil saya saja. Biar irit." Jawab Fathan cepat. Di mobil berdua dengan Frida bukan hal yang baik. Apalagi dengan Frida yang seakan selalu mengundangnya.

"Tapi pak-"

"Tak ada bantahan! Silakan keluar!"

Fathan menghela napas lega saat Firda beranjak dari ruangannya. Satu masalah selesai. Ia hanya harus memikirkan cara untuk membuat Frida menjauh darinya.

***

"Saya selalu puas jika bekerja sama dengan anda, Pak Fathan. Bahkan direktur kami sangat menyukai hasil kerja tim dari perusahaan Bapak." Seorang lelaki paruh baya menepuk pundak Fathan setelah presentasi dari tim kerja Selesai.

Fathan tersenyum seadanya. "Pak Santoso terlalu berlebihan. Tim kami memberikan apa yang bisa kami lakukan saja, saya bahkan hanya memastikan pekerjaan selesai saja." Ia mengakui tidak begitu banyak yang ia kerjakan. Ia hanya memastikan saja kalau kerja tim kali ini benar-benar sesuai tenggat karena hubungan antara kedua perusahaan yang bisa dibilang cukup erat. Apalagi Fathan mengenal pimpinan perusahaannya.

2U (To YOU) (ON HOLD)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz