SEPULUH

11.3K 581 0
                                    

Tokoh Utama?

***

Nania memakan makanannya dengan lahap. Hari itu setelah Fathan menjemputnya mereka memang jalan-jalan. Fathan mengajak Nania nonton di XXI kemudian berbelanja sedikit untuk keperluan rumah. Dan sekarang mereka menikmati makan malam di salah satu waruh pecel lele.

"Kamu ngga makan?" Tanya Nania karena makanan Fathan masih utuh.

"Makan kok. Kamu makannya jangan buru-buru gitu." Kata Fathan seraya memisahkan daging lele dari tulangnya. Mereka pun makan dalam diam.

"Mas," panggil Nania setelah ia selesai makan dijawab deheman oleh Fathan, "Aku bisa ikut SNMPTN tahun ini. Tapi belum aku isi tujuan PTNnya. Bagusnya dimana ya?"

Fathan mencuci tangannya di air yang sudah disediakan. "Nanti aku kasih tau PTN yang bagus disana. Atau kamu bisa masuk Universitas swasta aja. Aku kenal pemiliknya kok."

"Iih ogahh!! Mahal!!" Nania melengos.

"Kan ngga apa-apa. Bagus juga kok kampusnya."

"Ngga deh! Makasih! Aku pilih yang negeri aja,"

Fathan beranjak dari duduknya diikuti Nania. Kemudian ia merogoh sakunya, menyerahkan kunci mobil pada Nania. "Kita bahas dirumah lagi. Oke? Kamu tunggu dimobil, biar aku bayar dulu."

Tanpa menjawab Nania menerima kunci itu dan bergegas ke mobil.

***

"Ih jangan diambil kertasnya!"

"Itu belum jadi!"

"Awas tumpah airnya!"

"Kamu ganggu aja sih?!!"

Omelan Nania tak membuat Fathan menghentikan aksinya. Sedari tadi ia hanya bisa melihat Nania yang fokus dengan cat air dan kertas gambar. Bahkan istri kecilnya sudah gonta-ganti kertas, dan kertas itu selalu berakhir naas. Entah karena warna lukisannya tidak cocok atau lukisannya terkena coretan yang tidak seharusnya ada karena gangguan dari Fathan.

Nania saat ini sedang latihan melukis untuk ujian praktiknya. Namun gadis berambut sepunggung itu tidak bisa menyelesaikan lukisannya dengan cepat. Sudah hampir jam sepuluh malam dan sudah tujuh kali ia menggambar ulang, namun tidak ada hasil yang memuaskan.

"Mas! Kamu kalo cuma ganggu mending pergi aja sana!" Bentak Nania pada Fathan yang masih setia berada di sampingnya.

"Aku ngga ganggu, sayang. Aku cuma lihat kamu aja." Kata Fathan sok polos.

"Ngeliat itu ngga pake tarik-tarik! Ini tugasku ngga selesai-selesai jadinya!"

"Kan ngga bisa selesai karena kamu ngga bakat, yang."

JLEB

Sakit lho itu. Sebenarnya sih omongan Fathan tidak sepenuhnya salah. Cuma kan dia bisa memilih kata yang lebih lembut. Dasar suami durhaka!

Nania mendelik ke arah Fathan, kemudian tanpa suara ia membereskan alat gambarnya dan beranjak dari ruang tamu meninggalkan Fathan.

Fathan yang merasa berhasil membuat Nania kesal terkekeh lalu ikut beranjak menyusul istrinya. Fathan berhenti saat Nania tidak segera menyingkir dari pintu kamar mereka. Gadis itu memegang pintu dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya sudah bebas karena alat gambarnya diletakan di lantai didalam kamar.

Fathan yang berdiri satu meter dari pintu mengernyitkan dahinya saat ia menangkap Nania menatapnya datar. Padahal biasanya gadis itu akan mencak-mencak jika kesal.

2U (To YOU) (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang