TIGA PULUH EMPAT

8.9K 471 10
                                    

Baik-Baik Saja

***

Semua baik baik saja. Tak ada perubahan yang begitu signifikan. Fathan masih bisa fokus bekerja juga Nania yang fokus dengan ujian tengah semesternya. Hari hari sibuk memang saat istrinya yang belajar hingga malam dan siangnya tetap belajar bersama dengan kawannya dan ia yang masih memikirkan pekerjaan juga bagaimana menjauhkan Frida dari jangkauannya.

"Pak, untuk makan siang nanti. Bapak tidak ada janji dengan siapapun hingga sore. Dan untuk nanti malam bapak mendapat undangan menghadiri pesta pernikahan dari putri Pak William." Frida meletakan undangn yang selama ini memng ia simpankan dimeja Fathan.

"Saya mengerti."

"Untuk pesta malam nanti dresscode-nya biru pak. Semua tamu undangan diharapkan memakai setelan bernuasa biru." Ujar Frida lagi.

"Iya. Kamu boleh keluar." Jawab Fathan tanpa melihat kearah Frida.

"Saya juga diundang secara pribadi oleh Pak William untuk datang. Kalau bisa saya ingin datang bersama bapak." Tembak Frida. Dia sudah tidak bisa menunggu Fathan berpaling dengan sendirinya. Dia harus ada inisiatif untuk membuat Fathan berpaling. Kalau dulu usahanya gagal saat menjadi penjaga gawang, maka kali ini ia sendiri yang akan menjemput bola-nya.

"Saya akan datang bersama istri saya, Frida." Tekan Fathan. Sudah cukup ia diam. Dia harus menghentikan tingkah Frida yang masih berusaha mendekatinya.

"Baik, pak. Kita bertemu di pesta nanti malam."

Frida melenggang meninggalkan ruangan Fathan dengan anggun. Menyisahkan Fathan yang menggelengkan kepala tak percaya dengan tingkah bawahannya itu.

***

Nania duduk membaca bank soal yang ia beli dari himpunan mahasiswa program pendidikannya. Setelah mengerjakan soal soal itu semalam ia kembali memahaminya pagi ini. Dia duduk di kursi panjang yang terletak di depan ruangan ujiannya nanti. Sambil memakan roti isi sayur yang ia buat tadi pagi, ia membolak-balik kumpulan kertas di pangkuannya.

Suasana cukup ramai karena pergantian sesi akan dimulai. Entah beruntung atau tidak, kali ini dia hanya bersama Kinan. Ketiga teman lelaki mereka berdua juga memiliki jadwal yang berbeda.

"Kasih tau gue nanti. Gak ngerti manajemen gue." Bisik Kinan di telinga kanan Nania.

"Kalo gue bisa. Denger-denger ada dosen penunggu yang awas banget pandangannya." Jawab Nania seadanya seraya menutup tempat makan yang sudah kosong. Tadi Kinan juga belum sarapan jadi dia ikut memakan bekal Nania.

"Kalo kali ini dosennya baek. Kasih tau gue pokoknya." Pintu ruangan sudah dibuka karena waktu sudah habis. Masih ada tiga puluh menit untuk masuk ruangan.

"Iya. Yakin gue kasih tau kalo bisa."

Suasana yang tadi gaduh karena mahasiswa keluar dari ruangan sudah mulai sepi. Nania mengecek kartu ujian dan alat tulisnya. Setelah semua lengkap. Ia menaruhnya menjadi satu di bagian tas paling depan.

"Dosennya udah ada yang naik tuh." Ujar Nania yang tak sengaja melihat dosen berjalan di ruangan diseberang ruangannya.

"Mampus. Dosen yang baek malah masuk kesana." Nania dan Kinan sama sama memasukan barang mereka ke tas masing masing. Keluhan dari kawan sejawatnya mulai terdengar kala ruangan lain sudah masuk sedangkan ruangan mereka belum. Juga kala dosen penunggu yang dianggap bisa menguntungkan malah memasuki kelas lain.

"Ah elah, dosennya mana sih. Udah masuk waktunya nih."

Umpatan itu keluar dari para lelaki juga wanita. Sudah lewat limabelas menit tapi dosen penunggu belum datang juga. Suasana lantai dua juga sudah sepi.

2U (To YOU) (ON HOLD)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant