DUA

14.4K 751 1
                                    

Pertemuan dan Debat

***

Fathan baru sampai di kota itu beberapa jam yang lalu. Kota yang menyimpan kenangan buruk dan membuka rahasia hidupnya yang tak pernah ia duga. Kisah tentang siapa jati dirinya yang sebenarnya.

Fathan menghela napas. Rasanya sudah sangat lama ia tak datang ke kota ini. Ia tak menyangka, setelah 10 tahun lamanya, ia kembali ke kota ini.

Bagaimana keadaan mereka?

Fathan memutar kursinya menghadap ke jendela, mengawasi kota masa kecilnya itu. Sudah banyak yang berubah, namun masih ada tempat-tempat yang sama. Hah... ia jadi merindukan sekolahnya dulu. Yah, meskipun tak banyak kenangan baik, alumnus kan pasti merindukan sekolah lamanya. Dimana ia masih berseragam, masih banyak aturan, masih dimarahi guru.

Guru. Jadi ingat masa SMA saat dia mati-matian menolak fakta dan harus diceramahi guru agamanya selama hampir tiga jam. Dan dia bersyukur sekarang karna mau mengikuti saran dari gurunya itu.

Pak Jaya, guru agamanya semasa SMA baru saja menelpon Fathan. Meminta dia yang kebetulan 'pulang kampung', mengisi jadwal konseling untuk memberi motivasi pada anak kelas 12 yang akan menghadapi ujian beberapa bulan lagi, karena guru konseling sedang ada acara.

***

Pagi itu, Fathan segera keluar dari pekarangan rumah, melajukan mobilnya menuju SMAN Persada Bakti, setelah semalam mendapatkan jadwal dari Pak Jaya. Ia memang memiliki rumah di 'kampung'nya, itu merupakan hadian bagi kembalinya Fathan kepada keluarga kandungnya.

Baru setengah jalan ditempuh mobilnya tiba-tiba mogok. Mobilnya udah lama ngga kepake sih, mogok deh. Jujur Fathan dongkol. Karena ia berangkat diwaktu yang cukup mepet, dengan harapan akan langsung masuk kelas, tapi malah sekarang dia terancam terlambat.

Setelah ia menelpon bengkel dan meminta agar mobilnya di antar ke sekolah, ia segera mencari ojek. Dan kesalnya lagi, saat menemukan ojek ia harus berdebat dengan gadis kecil yang ngotot ingin naik ojek. Bahkan ia ingat bagaimana wajah gadis itu saat melotot padanya. Meskipun ia memenangkan pak ojek, ia sedikit kesal karena gadis itu berkomentar sesukanya sendiri.

Dan lebih mengejutkan bagi Fathan, ia bertemu lagi dengan gadis itu. Di sekolah. Bahkan ia melihat dan mendengar apa yang dilakukan gadis itu saat masuk kelas. Fathan jadi merasa bersalah karena membuat gadis itu terlambat.

***

"....jadi kalau kalian ingin sukses itu harus belajar. Be a good boy and good girl, and you can get your dream." Fathan memberi masukan masukan mengenai bagaimana menjadi sukses diusia muda. Selama itu, dia juga sesekali melirik gadis kecil itu, Nania.

"Tapi kan be a good girl or bad girl sama aja," pelan, namun Fathan masih dapat mendengar gumanan Nania.

"Good girl dan bad girl itu jauh berbeda, Nania." Nania mendengakkan kepala, tak menyangka jika suaranya terdengar. "Good girl itu selalu memperhatikan dan memperhitungkan apa yang dia lalukan, sedangkan bad girl, dia lebih masa bodoh."

"Lho, anak nakal sama anak baik itu kan sama aja. Memangnya anak baik ngga pernah bikin masalah? Emangnya yang bikin masalah cuma anak nakal?" Ada jeda sebentar, "bukan seperti itu, pak. Mungkin iya kalau anak nakal itu suka bikin ribut. Tapi anak baik gimana? Mereka membuat masalah pun juga engga bakal ada yang percaya, karena nama mereka udah 'baik'. Padahal aslinya good girl itu muka dua."

"Itu kelebihan anak baik, Nania." Jawab Fathan, "anak baik itu selalu memiliki nama baiknya, sehingga tidak ada yang mencela dia, meskipun dia salah. Sedangkan anak nakal ya, meskipun dia melakukan hal baik, belum tentu dia akan di anggap baik terus menerus. Jadi, kalian harus jadi anak baiklah biar dapet penilaian yang baik juga."

Nania mendengus, moodnya selalu menurun jika membahas hal ini. Anak baik dan anak nakal sama aja, karna baik dia jadi anak nakal ataupun baik, dia ngga akan dilihat oleh orangtuanya.

Nania memilih diam, karena malas berdebat dengan orang kaya itu. Sudah cukup moodnya turun karna ia telat, ia tak mau membuat moodnya makin jatuh dan terinjak-injak.

***

Fathan masih di sekolah hingga jam menunjukkan pukul 5 sore. Dia sudah melaksanakan ibadahnya tadi selepas adzan 'Ashar. Ia masih menunggu mobilnya yang belum sampai, montirnya bilang sih masih perjalanan.

Fathan melangkahkan kakinya ke arah masjid sekolah. Entah kenapa ia ingin kesana, padahal sekolah itu sudah sepi dan masih banyak tempat untuk menunggu.

Langkah kakinya semakin pelan ketiga ia mendengar suara-suara. Setan? Ih, Fathan mah ngga percaya sama gituan.

"Ih, engga mau pulangg... tapi nanti tidur dimana?? Perasaan aing engga enak ini"

Fathan mengerutkan keningnya mendengar suara familiar itu.

"Berdo'a dulu ajalah.

"Ya Allah, aing tau, aing jarang berdoa, solat masih bolong, puasa juga ngga selalu penuh. Tapi aing minta tolong Ya Allah, ini aing perasaannya engga enak. Engga mau pulang. Takut dimarahin ibu. Ya Allah, berikan kesabaran bagi ibu aing semoga engga kalap yaahh... Amiin..."

Fathan terkekeh. Mana ada sih berdo'a kok begitu. Dasar anak labil, batinnya. Nania memang berbeda dari ABG yang lain. Ada sesuatu yang unik didirinya. Ia pun memutuskan untuk menghampiri Nania.

***

Hayo loh... babang Athan mau ngapain Nania tuh?

Don't forget to VoMent yaa..
LafU 💋💋

2U (To YOU) (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang