TIGA PULUH ENAM

8.5K 447 12
                                    

Selamat malam wahai para penunggu ceritanya Babang Fathan.

Pertama tama author mau minta maaf dulu ya karena udah lamaaaaaa bangeett  nggak up. Cerita ini bakal lanjut kok. Nggak mungkin aku gantung kalian yang kagi baca inii.  🙏🙏

Kemarin kemarin itu akun ini gak bisa log in. Dicoba berapa kali tetep gak bisa. Terus aku udah kesel mah malah ku hapus app ku.

Daaaann... sekarang aku udah bisa login lagi. Seneng dehh bisa cerita lagi wkwkwk. Waktu udah berhasil notif dari kalian aku baca duluan, seneng deh, ngeliat kalian antusias sama cerita ini. Kalian juga nunggu ceritaku, author jadi terharu. Suka deeh😘

Yang udah nungguin ini cerita, selamat membaca yaa.

Vote dan komen kalian  aku tunggu.

***
Keluarga

***

Nania ingat bagaimana sambutan yang diberikan oleh keluarga almarhum Abimayu saat pertama kali ia berkunjung ke kediaman mereka. Mereka menyambutnya dengan suka cita, orangtua Abimayu yang mengajaknya bercerita, ayah yang mengajarinya main catur, bunda yang mengajarinya memasak, hingga makan malam yang diiringi dengan obrolan ringan disertai canda. Sederhana memang, tapi suasana hangatnya selalu terasa kala Nania mengingat itu.

Lagi lagi ia merasakan hal serupa. Ia mendapatkan pelukan hangat dari Ayah Abimayu, bahkan lelaki paruh baya itu berkaca-kaca saat merengkuh tubuh mungil dari perempuan yang ia anggap sebagai anak sendiri itu.

"Kamu sudah besar, nak." Sang Ayah menepuk punggungnya pelan. Rasanya sepeti mimpi ketika Nania kembali bertemu dengan keluarga ini. Dulu ia tak pernah sekalipun berani menginjakkan kaki ke rumah lama Abimayu, tapi sekarang ia ada ditengah keluarga ini.

"Ayah apa kabar? Bunda bilang ayah baru pulang dari RS."

Jauhar, ayah Abimayu mengurai pelukannya, "Ayah baik. Cuma kelehan saja kemarin."

"Ayah udah pernah bilang nggak akan capai capai lagi, kan?" Nania mengingatkan.

"Iya, nak. Ayah nggak akan capai capai lagi." Jauhar tersenyum lebar. "Ayo masuk! Ajak temanmu sekalian." Jauhar melirik ke arah Fathan yang berdiri satu meter di belakang Nania.

"Ayah, perkenalkan, ini suami Nania." Nania memeluk lengan Fathan. Mengenalkannya. Sedangkan Fathan langsung mencium tangan Jauhar dan memerkenalkan diri.

"Jadi, yang dibilang bundamu benar?"

Nania mengangguk. "Banyak hal yang sudah terjadi, yah."

Jauhar menatap teduk pada mantan calon menantunya. Tak apa kalau gadis pilihan anaknya ini sudah memulai hidup barunya. Lebih baik ia menikah dengan lelaki lain daripada harus larut dalam kehilangan.

"Nggak apa. Ayo nak, masuk. Ajak suamimu. Bunda sudah memasak makanan kesukaanmu." Nania mengangguk. Tangannya tak lepas memeluk lengan Fathan.

"Sudah datang ternyata." Aisyah, Bunda Abimayu, melepas celemeknya dan berjalan cepat untuk memeluk Nania.

"Apa kabar bunda?" Nania mencium punggung tangan Aisyah yang diikuti oleh Fathan.

"Alhamdulillah, bunda sehat. Ayo-ayo duduk dulu. Kalian datangnya cepat sekali, sampai bunda belum selesai masak lho." Aisyah menggiring kedua tamunya untuk duduk diruang tamu. Sebelumnya ia meminta kepada ART untuk disediakan minum dan camilan.

"Bundamu ini senang sekali saat kamu mengabarkan akan datang." Jauhar merangkulkan tangannya di bahu sang istri. "Abangmu juga langsung pulang begitu dapat kabar kamu mau datang."

2U (To YOU) (ON HOLD)Where stories live. Discover now