TUJUHBELAS

8.9K 542 2
                                    

Introgation

***

Nania dan Gina gelisah dalam duduk mereka. Saat ini mereka sedang berada di salah satu rumah makan dengan menu utama steak. Rosa terus memandang menilai Fathan dari ujung rambut hingga ujung kaki membuat Nania terus merapalkan do'a agar Maminya ini tidak mempermalukan Fathan.

"Jadi, siapa kamu, cah ganteng?" Tanya Rosa begitu pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi.

"Perkenalkan, saya Fathan. Orang yang bertanggungjawab atas Nania." Jawab Fathan tenang

"Heleh, sok bertanggung jawab. Kamu udah jebol anakku, yo?" Tanya Rosa penuh selidik nenbuat Gina dan Nania menahan napas, sedangkan Fahan tersedak air liurnya sendiri. Memangnya dia serendah itu? Ya meskipun dia ingin sih sebenarnya. "Kamu apakan anakku? Kamu hamilin anakku?"

"Mami udah dong. Malu dilihat orang." Ujar Gina pelan karena orang orang memerhatikan mereka.

"Nania bisa jelasin, Mi." Nania berkata sambil menunduk.

"Ngomongo, cah ganteng."

Fathan berdehem merasakan aura yang mencekan di meja mereka. "Sebenarnya Nania itu istri saya. Kami menikah tujuh minggu yang lalu."

Rosa terkesiap. Ia menatap gadis yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri itu , "Nduk, koe hamil sek to nduk? Ngopo koe nikah pas isih sekolah?" *

Nania menunduk, "Mboten, Mi.** Aku nggak hamil." Nania menarik napas berat, "Ada masalah sama Ibu, Mi. Dan ini pilihan Nania."

"Walah nduk. Abot tenan mesti awakmu. Nopo ora njaluk tulung mami? Mami iki yo ibumu." *** Rosa menarik tangan Nania yang ada di meja, menggenggamnya erat.

Fathan berdehem,"Sekarang Nania sudah tinggal dengan saya, ibu nggak perlu khawatir."

Rosa mendongak, menatap tidak suka kearah Fathan, "Enak saja kamu langsung bilang begitu. Kamu harus ketemu Papinya dulu, biar di tes kelayakan. Pantas enggak kamu jadi suami putriku." Ujar Rosa sengit.

"Tapi kami sudah menikah, Bu,"

"Paling kalo nggak lulus disuruh cerai." Ujar Rosa lagi dengan santainya, membuat Fathan menelan ludah. Cerai? Bahkan ia tak pernah memikirkan itu.

"Mi, kasihan." Gina memelas mencoba membujuk Maminya agar hal ini tidak sampai ke Papinya, begitu juga Nania. "Nanti kalo nggak lulus, kan, kasihan Nanianya. Nanti kalo Nania hamil,kan, kasihan anaknya."

"Nggak ada tapi-tapian." Putus Rosa tak dapat diganggu gugat. "Enak aja dia nikahin anakku dengan gampang."

Rosa menunjuk Fathan dengan telunjuknya, "Saya tunggu kamu datang ke rumah saya, dengan Nania tentunya. Setelah ujian anak-anakku selesai."

Tepat setelah Rosa berkata itu, pelayan datang membawa pesanan mereka. Mereka pun memakan makanan masing-masing dalam diam. Disampingnya Nania dapat merasakan Fathan yang gelisah setelah perkataan Rosa. Bahkan suaminya itu makan dengan tidak berselera, padahal Fathan adalah orang yang mudah dalam makan. Ia bahkan selalu menghabiskan masakan Nania jika di rumah.

***

Nania meringis mendapati Papi Gina, Andreas yang menatap Fathan dengan intens. Hari ini Nania dan Gina memang telah menyelesaikan ujian mereka, dan sekarang mereka sedang berkumpul di rumah Gina sepulang ujian.

"Oh, jadi kamu yang menikahi putriku tanpa izin?" Andreas membuka suara setelah sejak tadi menatap Fathan dengan dingin.

"Saya Fathan, suami Nania, Pak." Jawab Fathan tenang. Padahal jantungnya bergemuruh sejak tadi.

2U (To YOU) (ON HOLD)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora