DELAPAN

10.6K 613 3
                                    

Her Problem

***

Nania hanya diam sedari tadi saat Fathan menjemputnya disekolah. Fathan kalang kabut beberapa saat yang lalu saat salah seorang teman Nania yang bernama Gina meneleponnya, mengatakan bahwa Nania jatuh pingsan saat upacara dan meminta agar ia menjemput Nania. Padahal Fathan harus mengawasi proyek pembangunan salah satu kantor pemerintah dengan bupati nanti pukul Sepuluh.

Sesampainya ia di sekolah, ia langsung ke UKS siswi sesuai informasi dari Gina. Dan yang ia temukan adalah Nania yang setengah berbaring di ranjang, meminum teh hangat dari Gina dengan wajah yang pucat.

Gina memang sudah tau mengenai Nania yang sudah memiliki pacar. Iya, pacar. Nania belum siap mengatakan pada siapapun tentang pernikahannya, jadi ia mencari alasan yang masuk akal untuk Gina. Mungkin ia akan mengatakan yang sejujurnya pada Gina nanti, secepatnya.

Fathan memapah Nania untuk masuk ke dalam rumah. Kemudian membaringkan Nania diranjang mereka.

"Kamu beneran ngga apa-apa? Kita ke rumah sakit aja kalo kamu sakit ya?" Hanya itu yang Fathan ucapkan sejak beberapa saat yang lalu dan hanya dijawab gelengan oleh Nania.

"Aku cuma pening aja kok. Nanti juga sembuh sendiri kalo dibawa tidur." Jawab Nania. Gadis bernetra coklat itu terlihat tenang. Namun siapa sangka pikirannya sedang berkeliaran kemana-mana, mengingat kejadian tadi pagi.

Flashback on

"Heh! Lo yang udah nyebarin gosip nggak bener tentang gue kan?!"

Nania tersentak saat Rissa menunjuknya dengan wajah memerah menahan amarah. Ia bahkan belum paham dengan perkataan Rissa yang tiba-tiba.

"Apaan sih lo?" Jawab Nania dengan kerutan dikeningnya.

"Ngga usah sok bego deh lo! Gue tau lo yang nyebarin gosip jelek tentang gue kan?!" Rissa berseru setelah jarak mereka tinggal satu setengah meter.

"Lo kalo ngomong dipikir dulu bisa ngga sih? Jangan langsung nuduh!" Emosi Nania sudah terpancing, namun ia berusaha untuk mengendalikannya. Ia tak mau meledak dihadapan semua teman sekelasnya yang saat ini sesang menonton 'pertunjukkan gratis' ini.

Rissa tersenyum sinis lalu menatap Nania tajam, "Lo yang harusnya jaga omongan lo! Lo bilang ke anak-anak kalo gue nyebarin soal akuntansi ke kelas lain, kan?!!"

"Gue bilang bukan gue! Gue baru tau masalah itu!" Teriak Nania tertahan karena emosi. Matanya sudah berkaca-kaca karena sakit hati dan emosi.

Omongan Rissa memang tidak sepenuhnya salah karena ia membicarakan gosip itu kepada Gina. Tapi Nania juga merasa ia tidak sepenuhnya bersalah karena tuduhan Rissa salah.

"Nangis! Lo itu bisanya cuma nangis!" Rissa berujar sarkas. Dan saat itu pula air mata Nania meleleh ke pipinya.

Nania mengusap pipinya kasar lalu memandang tajam Rissa, "Denger ya! Gue nggak pernah bikin gosip kalo lo udah nyebarin itu soal kekelas lain! Dan anak sekelas udah pada ngomongin gosip ini bahkan sebelum gue tau!"

Rissa berdecih tak suka. Nania tau itu. Dari awal mereka satu kelas, Rissa secara tidak langsung telah menunjukkan sikap tak sukanya pada Nania. Bahkan kerap kali Nania mendapati Rissa menatapnya tajam entah karena apa.

"Gue nggak peduli! Gue bakal bawa masalah ini ke BK! Karna lo dan temen lo itu udah mencemarkan nama baik gue!" Kemudian Rissa berlalu, keluar kelas sambil menelpon seseorang.

Sedangkan Nania sudah dikerubungi oleh anak perempuan. Menenangkannya. Mereka menatap Nania bersalah. Mereka tau kalau Nania tidak bersalah karena memang Nania baru diberi tau saat sekolah sudah hampir usai. Namun tak ada dari mereka yang mengangkat suara karena takut akan mendapat masalah dengan keluarga Rissa yang kaya.

Gina sendiri sudah berulang kali minta maaf pada Nania karena mulutnya yang tidak bisa direm. Dia yang mengatakan pada Fanya tentang gosip itu yang Ia dapat dari Nania.

Fanya yang notabenenya satu-satunya teman baik Rissa, mengadu pada Rissa padahal ia sudah berjanji pada Gina tidak akan mengatakan gosip ini pada siapapun.

End of Flashback

Nania tersadar dari pikirannya karena sentuhan Fathan puncak kepalanya. "Kamu istirahat aja, ya? Aku jaga,"

Nania berdecak pelan. Pria dihadapannya itu terlalu lebay, dia kan cuma butuh tidur. Dan lagi apa katanya? Dia jaga? Bukannya dia tadi pagi bilang kalau ada cek proyek bersama bupati?

Nania melirik jam di nakas lalu kembali menatap Fathan. "Katanya ada cek lapangan sama pak bupati? Kok mau jaga aku sih?"

"Kamu kan lagi sakit. Masa istrinya sakit suaminya ngga jagain sih?" Ucap Fathan sembari melihat tangan Nania di gegamannya.

"Kamu mah lebay. Tidur sebentar pasti juga sembuh."

"Kan sama aja kamu lagi sakit." timpal Fathan keukeuh.

"Kamu udah bikin janji. Nggak baik kalo ngga ditepati. Sana pergi!" Kata Nania halus.

"Kamu ngusir aku?" Fathan melepaskan genggaman tangannya, sedangkan Nania memutar bola matanya melihat Fathan yang memulai aktingnya.

"Iya! Sana pergi! Hus-hus! Aku ngga mau punya suami ngga tepat janji! Ngga mau kerja!" usir Nania.

Akhirnya dengan dongkol Fathan meninggalkan Nania setelah ia berpamitan. Padahal ia ingin menemani Nania yang ada dirumah sendirian. Tapi omongan Nania kan memang benar.

***

Nania menghela napas lelah. Beberapa saat setelah Fathan pergi, ia mendapat pesan dari Gina. Mengatakan bahwa ia dan beberapa anak yang terlibat masalah dengan Rissa dipanggil untuk menghadap guru Konseling mereka hari itu. Namun pertemuan itu diundur esok hari karena Nania yang sudah pulang.

Rissa tidak main-main dengan ucapannya. Ketara sekali kalau ia ingin menang dalam masalah ini. Dan semua orang menganggap kalau ia itu pihak lemah yang disalahkan dan Nania adalah pihak yang jahat.

"Gue harus gimana kalo sampe Mas Fathan tau?" Nania menekuk lututnya, menenggelamkan wajah diatas lutut dan menangis. Sungguh ia tak ingin membuat masalah dan menyebabkan Fathan makin repot karena ulahnya.

Bayangan ketika Rissa menyalahkannya kembali hadir di otaknya. "Emangnya cuma dia yang jadi korban? Emangnya cuma dia yang sakit hati?" Nania bermonolog,

"Gue juga korban! Gue juga sakit hati! Gue ngga mau difitnah juga!" Airmatanya terus keluar namun tanpa isakan.

"Gue tau gue juga salah. Tapi gue ngga ngejudge dia! Gue cuma ngga suka sikapnya! Gue ngga suka dia yang seenaknya!"

Nania kemudian menenggelamkan wajahnya pada bantal terisak kembali disana dan menangis hingga tertidur.

***

Don't forget to voment, Okay?

2U (To YOU) (ON HOLD)Where stories live. Discover now